Jakarta, CNN Indonesia -- Maraknya kasus kejahatan di ibukota telah membuat Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan memberikan izin kepada masyarakat untuk mempersenjatai diri dengan
stun gun. Asal punya izin dan mengikuti persyaratan, Iriawan menyebut penggunaan
stun gun tidak menyalahi undang-undang.
"Kalau perlu masih bisa dilakukan untuk membela diri, tidak masalah," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan di Kota Tangerang, Selasa (13/6). "Kalau ada izin, dijual silakan, dipakai juga, asal ada izinnya. Kan sudah ada ketentuannya. Nggak masalah kalau ada izinnya."
Namun sebelum mempersenjatai dengan pistol tersebut, masyarakat perlu mengetahui bagaimana
stun gun bisa melindungi mereka dari penjahat. Apakah
stun gun cukup untuk menyakiti targetnya?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Interupsi syaraf Apa yang dilakukan
stun gun adalah menginterupsi proses komunikasi elektrik di dalam tubuh. Sebab, otak menggunakan hantaran listrik lewat syaraf untuk berkomunikasi dengan anggota tubuh lainnya. Misal, ketika seseorang ingin menulis di kertas, maka otaknya akan mengirimkan setrum melalui sel saraf kepada otot tangan. Begitupula sebaliknya ketika tangan merasa lelah.
Aliran listrik
stun gun mengacaukan proses ini. Ia mampu menciptakan listrik dengan muatan ampere rendah bervoltase tinggi. Muatan ini memberikan tekanan yang kuat, namun tak terlalu intens.
Ketika tersengat, tubuh penjahat akan kebingungan karena sistem komunikasi sarafnya terganggu. Sinyal asli yang dikirim otak tercampur dengan listrik acak dari
stun gun. Sehingga, otot kebingungan menerjemahkannya. Penjahat mungkin akan kehilangan keseimbangan, bingung, atau bahkan lumpuh sementara.
Arus juga bisa dibuat agar meniru frekuensi denyut nadi tubuh manusia. Listrik dengan frekuensi tertentu ini akan memberitahu otot untuk melakukan banyak pekerjaan sekaligus. Namun, tidak mengarahkan otot untuk melakukan gerakan tertentu. Fungsinya, hanya untuk menguras cadangan energi. Sehingga, membuat penjahat terlalu lemah untuk bergerak.
Semakin tinggi voltase
stun gun, muatan listrik makin mampu menembus isolator. Misal, menembus kulit, hingga baju tebal hingga sampai ke syaraf di kulit.
Tingkat kejut dan kerusakan yang bisa terjadi bukan tergantung pada voltasenya, melainkan pada banyaknya muatan listrik (ampere) yang dihantar. Karena banyak muatan yang dihantar
stun gun tak terlalu tinggi, sehingga tak sampai menyebabkan luka parah.
Cara menggunakan stun gunUntuk mengacaukan sistem komunikasi ini, pengguna bisa membidik bagian tubuh manapun dari si penyerang. Di seluruh tubuh manusia terdapat saraf, sehingga di mana pun listrik acak dialirkan maka penyerang akan lumpuh.
Tapi, sasaran sengat yang optimal adalah di leher dan batang tubuh. Misal, di bawah lengan, bahu bagian atas, selangkangan, dan pinggul atas (di bawah tulang rusuk).
Daerah-daerah tersebut adalah pusat saraf. Dengan demikian, arus listrik akan mempengaruhi seluruh tubuh saat terkena sengatan. Namun, sebenarnya
stun gun akan bereaksi jika disentuhkan di bagian tubuh manapun.
Tembakkan pada penyerang selama 3-5 detik. Pengguna mungkin perlu menyengat lebih lama jika penyerang bertubuh besar. Jika pengguna menyentuh penyerang, ia tak akan ikut tersengat. Letakkan stun gun di tempat yang mudah diakses sehingga bisa digunakan kapan saja.
Sebelum menggunakan
stun gun, perhatikan tiap fitur dan tombol perangkat. Baca informasi mengenai perangkat. Ketahui di mana tombol
ON /OFF, saklar pengaman, pelatuk, dan fitur lainnya. Berlatih memegang dan menggunakannya sebelum mempraktekkan di kondisi sebenarnya.
Jangan menyentuh elektroda yang berupa logam selama 5-10 menit setelah pemakaian. Sebab, ini adalah lokasi pengantar listrik.