Mercy Pertimbangkan Varian Baru untuk Rakitan Lokal

Rayhand Purnama | CNN Indonesia
Senin, 03 Jul 2017 08:50 WIB
Sejauh ini pabrik Mercedes-Benz di Wanaherang Bogor telah merakit seri C, E, S, GLC, GLE dan GLS dan beberapa jenis kendaraan komersial.
Mercedes-Benz belum berencana untuk menambah varian terbaru untuk rakitan lokal. (CNN Indonesia/Artho Viando)
Jakarta, CNN Indonesia -- Enam model dirasa cukup oleh Mercedes-Benz Distribusi Indonesia (MBDI) dalam merakit kendaraan di dalam negeri. Walau banyak model yang sudah berseliweran di jalan-jalan Ibukota, sisanya mereka tetap memilih untuk mengimpor langsung dari negara asal Mercedes, Jerman.

"Sejauh ini belum ada rencana tambahan, kami masih rakit di enam model," kata Deputy Director Sales Operation and Network Development MBDI Karyanto Hardjosoemarto di Jakarta.

Adapun model yang sudah resmi dirakit, atau berstatus completly knock down (CKD) di pabriknya kawasan Wanaherang, Bogor adalah C, E, S, GLC, GLE dan GLS. Selain juga terdapat mobil dalam segmen komersial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata dia, dalam memutuskan merakit kendaraan di Indonesia tentunya tidaklah mudah. Ada berbagai perimbangan, mulai dari investasi dalam jumlah besar, peralatan dan sebagainya. Sehingga, jika hanya ingin sekadar mencoba peruntungan tidak mungkin.

"Kami tidak mau misalnya coba-coba, sudah CKD lalu tidak laku. Kami harus lay-off karyawan, itu yang kami hindari, perhitungannya sudah sangat detil," ujarnya.

Selain itu ia menuturkan, pihaknya telah memiliki komite khusus yang menentukan pantas atau tidaknya suatu produk diluncurkan, baik completely build up (CBU) maupun CKD. Komite tersebut akan menentukan setelah melihat dari visibilitas suatu produk.

"Ada yang menentukan secara visibilitas suatu produk itu visible atau gak dijual di suatu negara, lebih baik CBU atau CKD. Jadi memang ada perhitungan tersendiri," ungkap dia.

Meski begitu, ia melanjutkan, di dalam pertimbangan merubah status CBU menjadi CKD, faktor yang paling diperhitungkan, diantaranya ialah jumlah volume penjualan hingga pajak yang dibebankan pemerintah.

"Tentunya ada pertimbangan-pertimbangan lain yang misalnya pajak, dan faktor-faktor lain itu dianalisa keseluruhan baru diputuskan," kata Karyanto. (pit)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER