Jakarta, CNN Indonesia -- Penyedia infrastruktur telekomunikasi, Qualcomm, optimis bahwa Indonesia bisa ikut merasakan potensi besar dari teknologi 5G. Hal tersebut dikatakan oleh Nies Purwati, Director Government Affairs SEA Qualcomm dalam sesi wawancara eksklusif, Selasa (15/8), di World Trade Center, Jakarta.
"Ada dua perspektif sih. Pak Basuki menilai bahwa Indonesia bukan negara produsen teknologi…Mungkin kita nggak akan bisa jadi produsen teknologi, tetapi kita bisa main di level aplikasi," jawabnya saat ditanyai
CNNIndonesia.com.
Nies menyatakan hal ini saat menanggapi pendapat Basuki Yusuf Iskandar, Kepala Riset dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Kementerian Komunikasi dan Informatika, yang mengemukakan bahwa ekosistem Indonesia belum sepenuhnya siap untuk mengadopsi teknologi 5G di acara yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, Nies juga menjelaskan bahwa teknologi 5G bisa dipersonalisasi menyesuaikan kebutuhan setiap negara. Jika Indonesia memahami arah dan perannya di era global, maka di masa depan potensinya akan menjadi lebih maksimal.
Dari kesadaran posisi Indonesia di ranah global ini, barulah seluruh pemangku kepentingan bisa melakukan edukasi-edukasi yang sesuai.
Soal kapan waktu yang tepat mengadopsi 5G, Qualcomm tampaknya tidak ingin mendesak pemerintah untuk menjadi pengadopsi pertama. Namun, paling tidak mendorong pemerintah untuk segera melakukan persiapan.
"Mungkin belum akan
deploy cepat. Tetapi kalau sudah bisa memantau, dia akan tahu mau ke mana sehingga
nggak kaget," ujarnya.
Sementara itu, Country Director Qualcomm Indonesia, Shennedy Ong, mengatakan bahwa sebenarnya teknologi 5G ini bersifat
complementary dari 4G. Sebab, teknologi ini melengkapi teknologi yang sudah ada. Keberadaan teknologi ini dibutuhkan untuk banyak sektor dan berpotensi membuka lapangan pekerjaan baru di masa depan.
"
User juga udah mulai masuk ke 5G, dan tanpa kita sadari teknologi memang sudah mengubah cara hidup kita dan akan membuat kesempatan baru. Kalau 5G masuk ke sebuah negara dia bisa mengubah business landscape dan modelnya. Akan menciptakan perbaikan ekonomi dengan membuat lapangan pekerjaan baru," klaimnya.
Sebelumnya, Basuki mewakili Menkominfo Rudiantara menyampaikan bahwa Indonesia tak siap adopsi 5G. Dia menilai pengguna internet Indonesia masih konsumtif ketimbang produktif. Padahal biaya pergantian teknologi (
switching cost) tak sedikit. Sehingga, penerapan teknologi ini dikhawatirkan tak berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Namun, penerapan 5G di dunia diperkirakan bisa menghasilan pendapatan hingga US$ 3,5 triliun (Rp46,7 quadriliun) dan membuka 22 juta lapangan pekerjaan pada 2035. Implementasi 5G juga disebut memungkinkan terciptanya distribusi barang dan jasa berskala global yang bernilai hingga US$12,3 triliun (Rp164,3 quadriliun) di tahun yang sama.