Sebelum membuat aplikasi, Hafizh sudah lebih dulu dikenalkan dengan matematika dan bahasa pemrograman oleh sang ayah sejak dini. Messi tak mengenyam pendidikan bahasa pemrograman secara formal, tangan dingin Abdul sebagai seorang
coder turut membantu anaknya memahami matematika dan bahasa pemrograman.
Abdul tak mengelak jika Hafizh masih membutuhkan bantuannya sebagai mentor. Ia juga turut andil di luar substansi aplikasi termasuk membuat desain aplikasi mulai dari gambar,
font, hingga memasang musik latar pada aplikasi.
Sang ayah juga yang menjadi sosok pertama mengenalkan matematika dan
programming dasar pada Hafizh. Abdul mengaku sengaja memilih matematika sebagai ilmu pertama yang diajarkan pada anak-anaknya sejak dini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski mengaku tak pernah memaksakan anaknya menyukai matematika atau
coding, Abdul beranggapan matematika merupakan pengetahuan yang sangat penting
diajarkan kepada anak-anak sejak dini dibanding lainnya.
Berkat sang ayah pula, Hafizh yang duduk di kelas 4 SD sudah menguasai materi untuk anak yang duduk di kelas 3 SMP.
Mengadopsi kurikulum China
Ketika Hafizh mulai tertarik ke bahasa pemrograman dasar, Abdul pun berusaha ikut mempelajarinya. Bukan karena ingin jadi
programmer juga, namun karena ia berkewajiban mementori langsung sang anak.
Beragam materi coding dan bahasa pemrograman ia cari di internet. Suatu waktu Abdul memperoleh salinan silabus bahasa pemrograman untuk anak-anak di China.
Setelah mempelajarinya, Abdul memutuskan memakai kurikulum asal China itu dengan sejumlah penyesuaian. "Ketika saya lihat kurikulum ini bagus sekali, lebih bagus ketimbang yang di Amerika. Sebab tujuan akhir untuk sang anak yang belajar
coding di sini terarah sekali," tuturnya.
Kendati begitu, Hafizh yang mengaku percaya diri utak-atik piranti keras dan
software komputer tak lagi sepadan dengan kemampuan
coding Hafizh. Dengan perannya sebagai pemberi materi belajar, Abdul mencari guru lain yang bisa mengajari Hafizh lebih baik.