Jakarta, CNN Indonesia -- Aplikasi kencan online banyak diminati, satu dari tiga orang pernah menggunakan aplikasi ini. Tak heran jika aplikasi seperti kencan online seperti Tinder, Bumble, OK Cupid, Badoo bermunculan.
Tak terkecuali di Indonesia, sejumlah layanan kencan online lokal pun mencoba peruntungan, Setipe adalah salah satunya. Namun, pengguna mesti waspada, sebab aplikasi ini ternyata lebih banyak bahayanya daripada manfaatnya.
"Kencan online merupakan cara yang bagus untuk bertemu dengan orang-orang baru di dunia online kita yang selalu sibuk dan terkoneksi, dan hal yang biasa untuk dipahami alasan satu dari tiga orang melakukannya," kata Andrei Mochola, Head of Consumer Business di Kaspersky Lab.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi tidak semua dapat berjalan dengan mulus, dan bagi mereka yang mencari pasangan hidup melalui online harus menghadapi sejumlah besar informasi palsu,
scammers, atau motif tersembunyi dalam prosesnya," tambah Andrei, seperti tertulis dalam siaran pers yang diterima
CNNIndonesia.com, Senin (16/10).
Sulit temukan pasanganBerdasarkan temuan Kaspersky, persentase untuk menemukan pasangan di aplikasi ini adalah satu berbanding sepuluh. Sebab, hanya 11 persen dari pengguna aplikasi kencan online ini yang benar-benar ingin menemukan pasangan yang akan dinikahi.
Hampir setengah (48 persen) pengguna hanya menggunakan aplikasi ini untuk bersenang-senang dan 13 persen diantaranya hanya untuk mencari kepuasan seksual. Dengan demikian, mereka yang benar-benar sedang mencari belahan hati kemungkinan besar akan dikecewakan oleh aplikasi ini. Mereka juga mungkin dikecewakan mendapati kalau informasi dan foto yang dipampang lawan bicara ternyata palsu, berisi tautan berbahaya, penipu yang berusaha mendapatkan informasi dari mereka, atau orang yang berbohong.
Hal ini tak mengherankan karena dari survey yang dilakukan Kaspersky lebih dari separuh (57 persen) orang mengaku berbohong saat melakukan kencan
online. Mereka sengaja memalsukan informasi agar terlihat lebih baik daripada yang mereka lakukan dalam kehidupan nyata. Kebohongan juga dilakukan untuk mencoba menangkap basah pasangan mereka yang berselingkuh.
Data palsuTertipu oleh informasi palsu adalah hal yang paling menjengkelkan bagi orang-orang yang menggunakan layanan kencan
online. Hal ini diungkap oleh 42 persen responden.
Mereka berhenti menggunakan layanan kencan online gara-gara foto palsu (19 persen). Lainnya, berhenti karena lawan bicara berbohong soal hubungan (12 persen). Sementara 11 persen lainnya berhenti karena status hubungan yang tidak jelas.
Lucunya, pengguna yang gemar memasukkan data palsu lebih kesal saat mendapati lawan bicaranya juga ternyata memberikan informasi palsu ketimbang pengguna yang jujur.
Selain banyaknya informasi palsu, alasan orang untuk berhenti menggunakan layanan online juga akibat adanya ancaman keamanan online. Misal, lawan bicara mencoba memeras dengan memanfaatkan informasi pribadi. Ada juga yang dikirim link berisi malware yang menginfeksi perangkat mereka.
Mereka yang suka memalsukan identitas ternyata lebih sering mendapat ancaman keamanan ini. Sebanyak 16 persen mereka yang berbagi informasi palsu menyatakan bahwa perangkat mereka pernah terinfeksi dengan
malware,
spyware, atau
ransomware melalui platform kencan
online.
Sementara hanya 5 persen pengguna yang tidak berbagi informasi palsu yang pernah terinfeksi
malware.
"Sayangnya ada juga orang yang ingin menggunakan platform kencan
online untuk tujuan jahat. Bukan maksud kami menasihati pengguna untuk menghindari kencan online sama sekali, kami hanya mendorong mereka untuk mempertimbangkan keamanan diri mereka di setiap langkah," tulis Kaspersky.