Hong Kong, CNN Indonesia -- Ada alasan mengapa Indonesia harus lebih siap menghadapi gelombang teknologi baru di bidang telekomunikasi yang bernama 5G. Pasalnya teknologi 5G ini akan mendorong ekonomi digital ke level berikutnya.
Qualcomm memperkirakan akan ada 20 juta pekerjaan baru akan tercipta akibat kemunculan 5G nanti. Hal itu terjadi karena teknologi 5G yang membuat internet bisa melaju dalam hitungan gigabit.
Kecepatan ini memicu lahirnya layanan hingga bisnis model baru. Salah satu layanan yang potensial adalah layanan medis jarak jauh atau layanan situasi kebencanaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbaikan spektrumCristiano Amon, Vice President Qualcomm Technologies menyebutkan bahwa sebelum 5G bisa diaplikasikan, suatu negara perlu memperbaiki masalah penggunaan spektrum.
"Saya berharap akan banyak pita frekuensi (untuk jaringan 5g) yang tersedia ke operator di seluruh dunia pada 2019 nanti," kata Amon, pria nomor dua di Qualcomm itu.
Di Indonesia sendiri, masih belum diketahui jaringan 5G akan menempati frekuensi mana. Sebagian mengatakan bakal ada di 6GHz, yang lain bilang akan ada duduk di pita 26GHz. Namun apa pun itu, keterlambatan mengadopsinya berarti kerugian.
Ratakan 4GMasalah lain adalah soal pemerataan layanan 4G sebelum implementasi 5G. Status Indonesia sebagai salah satu pasar telekomunikasi paling gurih di dunia harusnya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk membujuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi agar berinvestasi di dalam negeri. Namun bukan untuk teknologi 5G, melainkan untuk 4G.
Kenapa 4G? Karena tingkat penyerapan jaringan 4G di Indonesia masih kecil dibandingkan negara lain. "Kalau di Indonesia, yang perlu kita lakukan migrasikan semua ke 4G dulu," ucap Shennedy.
Teknologi 4G yang baru digulirkan resmi oleh pemerintah pada akhir 2015 lalu memang bisa dibilang lambat. Hingga akhir tahun ini, pemerintah memperkirakan angka pelanggan seluler 4G menembus 60 persen total pelanggan operator seluler di Indonesia.
Namun memindahkan semua pelanggan seluler ke 4G bukan perkara mudah. Masalah perebutan frekuensi pun turut menyumbang lambatnya peralihan ke 4G. Inilah yang menyebabkan layanan 4G di Indonesia tetap terasa lambat.
Terutama di daerah padat penduduk seperti Jabodetabek atau kota-kota besar lain. Masalah ini lantas diselesaikan Kementerian Komunikasi dan Informatika diselesaikan dengan melelang blok pita frekuensi baru di spektrum 2,1 GHz dan 2,3 GHz.
Lambat adopsiDengan kenyataan demikian, sulit kiranya mengharapkan Indonesia bisa lebih cepat mengadopsi 5G. Padahal di ajang Qualcomm 4G/5G Summit, muncul perkiraan bahwa generasi itu akan tiba di berbagai dunia pada 2019 nanti. Namun itu bukan berarti semua negara bisa menyesuaikan secara kilat prasyarat 5G.
Menkominfo Rudiantara pernah sesumbar ingin memboyong 5G ke ajang Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Tapi, sepertinya hal itu tak akan terjadi dalam waktu dekat.
Menurut Shennedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia, dengan infrastruktur telekomunikasi Indonesia saat ini ia menilai paling cepat 5G akan hadir 2-3 tahun setelah 2019 sampai 5G benar-benar bisa diterapkan di Tanah Air.
Perkiraannya itu sedikit lebih cepat ketimbang waktu yang dibutuhkan masyarakat Indonesia beralih dari 3G ke 4G.
(eks)