Jakarta, CNN Indonesia -- Masalah diskon abal-abal masih mewarnai sejumlah pelaku e-
commerce. Beberapa konsumen melalui media sosial telah menyuarakan keluhan ini.
Chief Marketing Officer Lazada Indonesia Ahmad Alkatiri mengetahui kejadian tersebut. Ia bahkan secara khusus menelusuri keluhan masyarakat di media sosial terkait diskon palsu di Lazada.
Ahmad menemukan ada dua tipe laporan keluhan yang berhasil ia telusuri. Satu dalam bentuk tangkapan layar, dan satu lagi berupa tautan URL.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat saya klik, halaman tersebut sudah tidak muncul, mungkin sudah di-
take down. Sementara kalau yang
screenshot, saya cari berdasarkan kata kunci juga tidak nemu," tutur Ahmad.
Ahmad menduga tim SWAT sudah melakukan fungsinya. Tim SWAT, Ahmad menjelaskan, adalah tim khusus dari Lazada Indonesia yang bertugas mengawasi dan mendeteksi potensi kecurangan dari para penjual.
SWAT secara umum adalah istilah dunia militer yakni
Special Weapons and Tactics dan biasanya memiliki tugas khusus.
Ia menambahkan, respons pertama tim SWAT adalah menutup sementara toko sang penjual. Setelah perayaan Harbolnas usai, tim SWAT akan mengontak kembali penjual nakal tadi.
"Nanti ketika tanggal 14 (Desember) kan didekati baik-baik lagi apakah mereka masih mau jualan dengan baik atau sudahan," imbuh Ahmad.
Lazada mengklaim hingga pukul 13.30 WIB tadi, belum ada keluhan ke Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI).
Respons RudiantaraMenteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara sebelumnya meminta agar Harbolnas bersih dari pihak-pihak yang ingin melakukan kecurangan.
Dia mengimbau agar manajemen Harbolnas harus mau merapikan diri. Rudiantara pun meminta agar panitia Hari Belanja Online Nasional 2017 lebih berhati-hati dalam melakukan penyelenggaraan acara tahunan itu.
Untuk itu ia mengimbau agar manajemen Harbolnas harus mau merapikan diri. Ia pun meminta agar panitia Hari Belanja Online Nasional 2017 untuk lebih berhati-hati dalam melakukan penyelenggaraan acara tahunan itu untuk menghindari kecurangan.
"Karena banyak yang harus dirapikan manjemennya. Dalam artian, pihak tak bertanggung jawab masuk untuk menawarkan sesuatu tapi tidak pernah melakukan pengiriman barang pada pembeli,” katanya.
(asa)