Jakarta, CNN Indonesia -- Usaha raksasa teknologi asal Amerika Serikat menembus pasar China masih berlanjut. Paling terbaru adalah pembukaan pusat riset kecerdasan buatan (AI) milik Google.
Seperti dikabarkan pertama kali oleh
Reuters, Rabu (13/12), keputusan Google membangun pusat riset AI tak lepas dari keinginan merekrut talenta lokal China.
Pemangku kebijakan di China disebut mendukung rencana Google tersebut. Hanya saja mereka tetap mensyaratkan pusat riset itu mengikuti aturan ketat termasuk pemberlakuan sensor.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa China menerapkan kebijakan yang sangat ketat terkait alur informasi yang keluar-masuk di negeri itu. Sampai hari ini, mereka masih menutup akses perusahaan TIK asing semacam Google ke dalam negeri.
Layanan digital populer Google seperti Gmail, Google Drive, Play Store, dan lainnya, tak bisa diakses di China.
Akan tetapi, batasan dari pemerintah China itu tak menyurutkan keputusan Google membangun pusat penelitian di sana. Pusat penelitian AI tersebut akan jadi yang pertama di Asia. Fasilitas serupa dimiliki Google di New York, Toronto, London, dan Zurich.
Beberapa waktu terakhir ini, Google nampak kian agresif mendekat ke China. Bedanya kini mereka memakai isu AI sebagai ujung tombak pendekatan.
Ini terlihat dari turnamen catur Go yang Google adakan di China. Turnamen itu mengadu AI buatan Google dengan juara dunia catur Go, Ke Jie, yang berkebangsaan China.
Tak lama ini, CEO Sundar Pichai juga hadir dalam sebuah konferensi yang digelar oleh
Cyberspace Administration of China, regulator internet tertinggi di negara itu. Pichai juga mengusung isu AI dalam kesempatan itu.
(evn)