Harga Murah Jadi Alasan Orang Indonesia Pakai Layanan Fintech

Ervina Anggraini | CNN Indonesia
Selasa, 19 Des 2017 07:24 WIB
Huawei mengungkap saat ini layanan fintech dipilih lantaran orang Indonesia masih fokus pada imimng-iming harga murah, dibandingkan pengalamanan itu sendiri.
Ilustrasi: Penguna fintech di Indonesia saat ini masih mementingkan tawaran harga murah, ketimbang pengalaman itu sendiri. (dok. janeb13/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tren pembayaran nontunai melahirkan opsi pembayaran yang bukan hanya terpaku pada sistem yang ditawarkan perbankan. Munculnya layanan financial technology (fintech) menjangkau masyakarat yang belum terjangkau akses perbankan.

Director ICT Strategy & Marketing Huawei Indonesia, Mohamad Rosidi, mengungkapkan meski saat ini adopsi fintech kian massif, sayangnya tidak diiringi dengan loyalitas pengguna terhadap satu layanan.

Rosidi menyebut orang Indonesia saat ini masih lebih fokus pada penawaran harga murah yang ditawarkan oleh penyedia fintech.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Level ekosistem saat ini orang Indonesia masih price oriented, belum ke tahap user experience. Susah untuk memprediksi kapan akan berubah, karena itu terjadi dengan sendirinya sama seperti ketika pengalaman saat streaming video menggunakan jaringan 3G dan 4G, " ucap Rosidi disela diskusi santai di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/12).

Meski mengaku enggan memprediksi kapan penetrasi pembayaran digital mencapai puncaknya, Rosidi mengungkap hal itu akan tumbuh sejalan dengan adopsi teknologi 4G di tengah masyarakat Indonesia.

"Kalo 4G sudah merata, baru pembayaran digital bisa cepat diadopsi. Teknologi 4G sendiri paling cepat targetnya bisa naik 2020 atau 2022," imbuhnya.

Menurutnya, pada tahun 2017 Indonesia menempati posisi 40 dari 50 negara dalam Global Connectivity Index (GCI) dan tergolong sebagai tahap pemula pengadopsi sistem pembayaran digital. Sejumlah variabel yang diukur dalam GCI antara lain konektivitas, penggunaan informasi, teknologi dan komunikasi (ICT), transformasi digital, penyedia transformasi, dan rencana ICT bagi pembuat kebijakan untuk mendorong realisasi ekonomi digital.

Target pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara didukung dengan tren pembayaran non-tunai dengan nilai transaksi lebih dari US$ 18.611 juta di tahun 2017 dan diprediksi akan mencapai US$ 36.607 juta di tahun 2021.

Adopsi telepon seluler yang saat ini mencapai 280 juta pengguna dengan 143 juta penduduk yang memiliki kartu debit dan 117 juta yang belum memiliki rekening bank menadi target potensial untuk mengadopsi layanan keuangan digital. (evn)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER