Jakarta, CNN Indonesia -- Pada Maret 2018, sebuah bangkai stasiun luar angkasa China bernama Tiangong-1 akan jatuh ke Bumi. Tapi, masih belum jelas dimana dan kapan waktu tepat stasiun luar angkasa ini akan runtuh ke Bumi.
Tiangong-1 memiliki ukuran yang cukup besar. Berat dari bangkai kendaraan ini berkisar di 9.500 kg dan bentuknya cukup padat.
Diperkirakan 10-40 persen dari bangkai kapal akan memasuki atmosfer Bumi. Artinya, akan ada bongkahan seberat 1-4 ton yang akan mendarat di Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan debris sebesar ini, operator biasanya menggunakan sisa bahan bakar untuk mengirim debris ke luar orbitnya agar mendarat di bagian Bumi yang aman. Operator juga bisa mengirim pesawat lain untuk menggiring debris jatuh di tempat yang aman.
Sebenarnya satelit dan pesawat buatan manusia jatuh dari langit ke atmosfer Bumi setiap waktu. Tapi, masalahannya tak ada seorang pun yang mengetahui di mana letak kapal yang diluncurkan pada 2011 ini.
United States Space Surveillance Network dan beberapa agensi antariksa negara lain memperkirakan dia akan jatuh di titik koordinat 43 derajat utara hingga 43 derajat selatan. Area ini untungnya tidak berpenghuni dan sebagian besar merupakan samudra.
Sangat kecil kemungkinan serpihan pesawat ini akan menghantam kepala manusia. Kemungkinannya 10.000 banding 1. Selain itu, serpihan yang jatuh tak akan berbentuk bongkahan utuh. Tapi akan diperkirakan akan tercecer dalam radius beberapa mil.
Tiangong-1 sebenarnya dirancang untuk hanya digunakan hingga 2013 namun China memutuskan untuk memperpanjang penggunaannya. Sayangnya pada 2016, China mengumumkan mereka telah kehilangan kontak dengan Tiangong-1. Mereka juga kehilangan kendali atas satelit ini.
Bukan kali pertama Kendati demikian, sejatinya ini bukan pertama kalinya serpihan besar satelit atau stasiun luar angkasa besar jatuh ke Bumi. Pada 2011, Phobos-Grunt yang merupakan pesawat Rusia dengan misi ke Mars gagal. Serpihannya yang berukuran 15 ribu kg jatuh ke Samudra Pasifik pada 2012.
Tak hanya itu, stasiun luar angkasa tua milik Badan Antariksa Amerika (NASA), Sky Lab, pernah jatuh ke Bumi. Saat itu, beratnya mencapai 80 ribu kg.
Peluncuran roket ke luar angkasa telah dilakukan dalam 50 tahun belakangan. Sepanjang sejarah peluncuran itu, hanya seorang Lottie Williams yang pernah kejatuhan serpihan pesawat saat dia sedang jalan-jalan.
Kabar baiknya kasus jatuhnya Tiangong-1 akan membantu para ahli memperbaiki sistem pembuangan rongsokan dari benda antariksa yang mereka lempar ke orbit.
Sebuah kelompok lembaga negara internasional yang dikenal sebagai IADC telah akan melacak Tiangong-1 turun untuk memungkinkan mereka memperbaiki model prediksi mereka.
Sayangnya, mereka tetap tidak akan memberikan peringatan. Mereka mungkin bisa menentukan waktu masuk kembali dalam waktu kurang lebih tiga jam sebelum pesawat jatuh, tapi di mana jatuhnya masih tidak pasti untuk sementara waktu, demikian dilaporkan
The Verge.
(eks)