Rahasia Menjaga Identitas di Internet Meski Hobi Sosmed

Kustin Ayuwuragil | CNN Indonesia
Selasa, 09 Jan 2018 01:57 WIB
Pria ini gemar bersosial media, tapi ia berhasil menyembunyikan wajahnya dari internet dalam 25 tahun terakhir.
Ilustrasi. Seorang pria berhasil menyembunyikan wajahnya dari media sosial selama 25 tahun (CNN Indonesia/Timothy Loen)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jonathan Hirson, seorang humas profesional berhasil menyembunyikan identitasnya selama 25 tahun belakangan. Meskipun dia sangat aktif menggunakan akun sosial media dan familiar dengan publikasi, tak ada segelintir pun fotonya yang muncul di dunia maya.

Sejauh ini, pencarian Google tak berhasil menunjukkan wajahnya. Padahal, Hirshon memiliki 3.000 lebih teman di Facebook dan sangat sering memperbarui statusnya yang berisi informasi personal.

"Saya memilih untuk membagikan segalanya secara virtual tentang diri saya melalui sosial media, tetapi wajah adalah yang sangat penting bagi saya sebagai seorang individu, dan ini merupakan upaya saya untuk menjaga satu informasi terakhir untuk identifikasi yang bisa saya kontrol," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selama menggunakan internet, Hirshon menantang dirinya sendiri untuk bertahan selama mungkin untuk tidak menunjukkan wajahnya di dunia maya. Namun itu tak berarti foto wajahnya sama sekali tak pernah menyentuh internet.

"Ini berubah menjadi perjalanan 20 tahun .... Hanya ada dua kejadian di mana gambar saya diambil [dan diposting] tanpa seizin saya, dan mereka keduanya sudah dihapus dari internet," lanjutnya.

Anonimitas dalam dunia yang serba data ini menjadi hal yang semakin jarang terjadi. Facebook mulai menggunakan teknologi pengenalan wajah di tahun 2010 untuk mengidentifikasi dan menandai pengguna setiap kali foto diunggah oleh pengguna mana pun ke situsnya. Layanan ini membantu pengguna mengelola kapan dan di mana gambar mereka muncul secara online.

Di sisi lain, perusahaan kartu kredit juga mulai mempertimbangkan penggunaan swafoto untuk memungkinkan pelanggan membayar barang. Banyak sekolah juga menggunakan teknologi ini untuk absensi. Bahkan, Badan Penegak Hukum sudah menggunakannya untuk melacak pelaku.

Apple juga telah merilis iPhone X dengan fitur pengenal wajah. Hanya pada perusahaan Cupertino inilah Hirshon mempercayakan data mengenai wajahnya.

"Saya mempercayakan data saya pada Apple. Banyak dari poin pengenalan wajah disimpan secara lokal di ponsel sehingga Apple tidak mendapatkan informasi itu," jelas Hirshon.

Anonimitas baginya adalah tantangan yang sulit mengingat dia bekerja di bidang yang bersinggungan dengan publikasi. Namun, dia selalu meminta agar penonton tidak mengambil fotonya. Dia juga secara rutin mencari foto dirinya selama 25 tahun terakhir di internet untuk memastikan tak ada foto yang diunggah tanpa izinnya.

"Saya mencoba menemukan teman yang berbicara dalam dua bahasa untuk mengirim cuitan mendesak dengan hormat untuk meminta foto saya diturunkan," katanya kepada BBC. "Mereka dengan senang hati melakukannya dan meminta maaf atas kesalahannya. Tidak ada yang berakhir dengan kedengkian, hanya masalah bahasa."

Kendati demikian, pria ini cukup realistis. Belajar dari film tahun 1960, "Spartacus", rahasia wajahnya tak teridentifikasi adalah karena dia mampu membuat algoritma Google maupun Facebook bingung dengan memposting foto berbeda-beda dengan satu namanya sendiri. Dengan begitu, foto asli Hirshon sendiri bisa jadi malah dikubur oleh algoritma tersebut.

"Anda mungkin telah memperhatikan bahwa saya memiliki pemahaman yang cukup baik tentang teknologi pengenalan wajah. Saya telah bekerja untuk sejumlah perusahaan di bidang informasi dan keamanan," tutupnya. (eks)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER