Jakarta, CNN Indonesia -- Rantai logistik dan sistem pembayaran masih menjadi pekerjaan rumah pelaku industri e-commerce di Indonesia. Kedua hal itu dinilai sebagai masalah klasik yang sampai saat ini belum kunjung usai.
Bentuk kepulauan sudah lama diakui sebagai salah satu rintangan paling besar dalam industri e-commerce. Content Marketing Lead iPrice, Andrew Prasatya, berpendapat belum ada solusi moncer untuk mengakali kendala logistik ini.
Andrew menyarankan pelaku e-commerce memakai jasa perusahaan logistik yang sudah mapan. Hal itu menurutnya bakal membuat proses pengantaran barang lebih efisien.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau bikin logistik dari awal untuk di luar Jakarta atau pulau Jawa agak susah untuk punya sendiri dan itu agak costly," jelas Andrew saat ditemui di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (30/1).
Selain itu, menilik dari pengalaman pengguna, Andrew berharap e-commerce lokal bisa menyediakan informasi lebih lengkap dalam pengiriman barang. Tak hanya sistem pelacakan, Andrew ingin ada keterangan tambahan seperti dikemas di mana, sedang diantar di mana, dan garansi apa yang akan konsumen dapat ketika barang yang mereka pesan tak sampai ke tangan.
Elisa Suteja, analis senior dari perusahaan ventura East Ventures, pun mengakui kendala logistik di Idonesia masih belum teratasi.
"Logistik belum ada solusi yang bagus," ujar Elisa.
Kendala kedua yang jadi sorotan adalah sistem pembayaran yang belum mangkus. Riset iPrice yang memakai sampel data yang mereka kumpulkan dari 200 lebih e-commerce Indonesia menemukan transfer bank sebagai metode pembayaran paling populer. Sebanyak 94 persen transaksi di e-commerce masih dominan oleh metode itu.
Metode pembayaran
cash on delivery (COD) di sini pun masih cukup populer. Ada sekitar 43 persen e-commerce lokal yang masih menawarkan COD sebagai metode pembayaran.
Andrew melihat hal itu sebagai hal yang wajar mengingat jumlah orang dewasa yang tak punya rekening bank masih sekitar 150 juta orang di Indonesia. Secara bersamaan, data itu menunjukkan ada yang kurang matang di sistem pembayaran e-commerce Indonesia.
"
Trust issue jadi alasan COD masih banyak dipakai walau sebenarnya tidak efektif," tegas Andrew.
Tantangan lain yang dinilai masih jadi kendala industri e-commerce adalah akses internet yang masih terbatas. Tercatat hanya 81 juta orang di Indonesia sebagai pengguna internet aktif atau sekitar 31 persen dari total populasi.
Terakhir adalah kecepatan internet yang masih lelet. Rata-rata kecepatan interent di sini masih sekitar 5,17 Mbps, peringkat 72 dunia.
Angka-angka yang dihasilkan oleh iPrice berasal dari data kunjungan dan transaksi di lebih dari 1.000 e-commerce di Asia Tenggara (Singapura, Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, dan Vietnam) yang 200 di antaranya asal Indonesia selama Q3 2016 - Q2 2017. Data situs e-commerce yang mereka himpun merentang dari yang populer seperti Lazada, Tokopedia, Bukalapak, hingga yang masih berstatus startup.
(evn)