Jakarta, CNN Indonesia -- Konten pornografi anak dalam platform diduga menjadi penyebab aplikasi berkirim pesan Telegram hilang dari toko aplikasi Apple, App Store.
Kabar ini dikonfirmasi lewat pernyataan tertulis Phil Schiller selaku pengelola App Store melalui email.
Dalam pernyataan tersebut, ia mengungkapkan timnya telah melakukan verifikasi terhadap konten tersebut dan bekerjasama dengan pengembang Telegram untuk menurunkan konten tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah melaukan verifikasi atas konten ilegal itu, kami menurunkan aplikasi itu dari App Store, memberitahu developer serta melaporkan hal itu kepada pihak yang berwenang," tegas Schiller, seperti dikutip
9to5Mac pada Senin (5/2).
Email tersebut dibocorkan oleh seorang pembaca 9to5Mac dan diklaim sudah dikonfirmasikan kepada pihak Apple.
Phil Schiller juga menyatakan pihaknya akan mengambil tindakan tegas dan protektif dalam melindungi toko aplikasi tersebut dari konten ilegal, terutama yang beresiko bagi anak-anak.
"Kami tidak akan membiarkan konten ilegal beredar lewat aplikasi di App Store, dan kami akan bertindak cepat untuk menyelesaikannya. Kami memiliki toleransi nol terhadap aktivitas apapun yang beresiko bagi anak-anak, dan pornografi anak adalah hal pertama yang tidak boleh terjadi. Ini jahat, ilegal dan tidak bermoral." tegas Schiller.
Telegram juga seakan memberikan konfirmasi yang senada atas pernyataan Apple itu lewat Pavel Durov yang menjadi CEO aplikasi itu.
"Kami telah diberitahukan oleh Apple bahwa aplikasi kami menyajikan konten yang tidak pantas bagi pengguna dan aplikasi kami sudah diturunkan dari toko aplikasi App Store. Setelah kami memiliki perlindungan terhadap konten yang ada, kami berharap aplikasi kami kembali beredar di App Store." jelas Durov.
Sebelumnya Kamis (1/2) lalu Telegram sempat menghilang beberapa jam dari App Store tanpa adanya alasan yang jelas. Meski demikian, beberapa jam setelahnya aplikasi itu kembali beredar di App Store.
Indonesia juga menjadi salah satu negara yang pernah 'melenyapkan' Telegram dari toko aplikasi karena diduga menjadi alat komunikasi bagi pelaku aksi terorisme dan radikalisme.