Jakarta, CNN Indonesia --
Twitter menghadapi tuntutan dari berbagai pihak untuk membersihkan platformnya dari konten negatif. CEO Twitter Jack Dorsey belum lama ini mengakui bahwa dirinya tak terlalu yakin bagaimana menjawab tuntutan tersebut.
"Kami telah memfokuskan sebagian besar upaya kami untuk menghapus konten yang bertentangan dengan persyaratan kami. Hal tersebut sejalan dengan membangun kerangka sistemik untuk membantu mendorong debat, percakapan, dan pemikiran kritis yang lebih sehat. Itulah pendekatan yang sekarang kami butuhkan," tulis Dorsey pada Kamis (1/3) dalam thread akun Twitter-nya.
Dia menambahkan bahwa belakangan ini perusahaan tengah memikirkan cara untuk mengukur tingkat percakapan "sehat" di Twitter. Dia merasa kesehatan percakapan dalam platformnya adalah masalah yang penting untuk mengantisipasi permasalahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami berkomitmen agar Twitter [dapat] membantu meningkatkan kesehatan kolektif, keterbukaan, dan kesopanan percakapan publik, dan untuk menjaga akuntabilitas publik terhadap kemajuan," tulisnya.
Dorsey mengatakan bahwa dia pertama kali mendengar konsep pengukuran "kesehatan percakapan" dari perusahaan analisis media Cortico and Social Machines. Indikator yang mereka gunakan adalah berbagi perhatian, berbagi realitas, dan keberagaman pendapat serta penerimaan.
"Kami belum tahu apakah itu indikator kesehatan percakapan yang tepat untuk Twitter. Dan kami belum tahu cara terbaik untuk mengukurnya, atau cara terbaik untuk membantu orang meningkatkan individu, masyarakat, dan akhirnya, kesehatan masyarakat global," tulis Dorsey.
Yang dihadapi Twitter saat ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan Facebook. CEO Facebook Mark Zuckerberg juga pernah mengumumkan bahwa fokus mereka kini adalah membuat platformnya menawarkan pengalaman yang baik.
Baik Twitter dan Facebook merasakan tekanan yang sama dari publik mengenai platform yang mereka bangun. Dengan pernyataannya, Dorsey memberikan jalan pada publik dan akademisi untuk menawarkan solusi.
Solusi dari AkademisiHal ini disambut baik oleh profesor dari University of Maryland's College of Information Studies, Jen Golbeck. Sebelumnya, Goldbeck mengatakan perusahaan microblogging 280 karakter tersebut cukup tertutup pada periset yang membutuhkan data untuk penelitian.
"Salah satu hal yang sangat menjanjikan ketika mereka ingin bekerja sama dengan para akademisi dalam hal ini, dan mereka meminta usulan dari para peneliti," kata Golbeck sebagaimana dilaporkan NBC News, Jumat (2/3).
Meski keterbukaan Dorsey untuk bekerja dengan publik adalah "sinyal bagus", Goldbeck mengatakan Twitter masih harus melakukan kewajiban mereka dalam "mencatat hal-hal buruk".
"Mereka telah melakukan pekerjaan yang sangat buruk. Kebijakan internal mereka jelas-jelas membingungkan, di mana kekerasan masih ada dan hal lainnya yang seharusnya tidak diturunkan justru hilang. Saya rasa Anda tidak bisa mengabaikannya dan hanya melihat apa yang membuat percakapan sehat," pungkasnya.
(age)