Jakarta, CNN Indonesia -- Wilayah yang dilewati garis khatulistiwa akan mengalami peristiwa hari tanpa bayangan pada 21 Maret mendatang, termasuk Pontianak di Indonesia.Wilayah yang dilewati garis khatulistiwa akan mengalami peristiwa hari tanpa bayangan pada 21 Maret mendatang, termasuk Pontianak di Indonesia. Namun selain di tanah air, kota di negara subtropis juga mengalami fenomena tanpa bayangan di siang hari.
Penyababnya adalah karena kota di negara dengan iklim subtropis berada di antara 23,4 Lintang Selatan dan 23,4 Lintang Utara. Kota-kota ini berada di dalam garis balik utara (tropic of cancer) dan garis balik selatan (tropic selatan).
Garis balik utara (23,5° LU) merupakan garis khayal yang menunjukkan titik tertinggi Matahari di belahan Bumi utara. Jika Matahari berada di titik ini maka akan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi utara.
Sebaliknya, garis balik selatan (23,5° LS) adalah titik tertinggi Matahari di belahan Bumi Selatan dan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi selatan pula jika Matahari menyentuh titik ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dunia internasional, fenomena ini disebut dengan Zero Shadow Day dan hanya terjadi setahun dua kali. Kota besar yang mengalami peristiwa ini termasuk India, Sydney, Cape Town, Cairo, Roma, Sao Paolo, Santiago de Chile, Hong Kong dan Los Angeles.
Hanya saja, waktu hari tanpa bayangan akan berbeda antara satu kota dengan kota lainnya. Sebab, Bumi mengelilingi Matahari dalam garis edar yang berbentuk lonjong dan miring 23,4 derajat terhadap bidang equator Bumi.
Peristiwa equinox sendiri sempat dijelaskan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menyebabkan durasi siang dan malam sama-sama 12 jam di seluruh dunia. Ini karena sinar Matahari membelah Bumi tepat di garis tengah atau khatulistiwa (0 derajat).
Bagi wilayah di garis equator, peristiwa equinox sering dikaitkan dengan kenaikan suhu maksimal di wilayah Indonesia yang bisa mencapai 32-36°C. Namun peristiwa ini pernah ditegaskan LAPAN berbeda dari HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama. Namun selain di tanah air, kota di negara subtropis juga mengalami fenomena tanpa bayangan di siang hari.
Penyababnya adalah karena kota di negara dengan iklim subtropis berada di antara 23,4 Lintang Selatan dan 23,4 Lintang Utara. Kota-kota ini berada di dalam garis balik utara (tropic of cancer) dan garis balik selatan (tropic selatan).
Garis balik utara (23,5° LU) merupakan garis khayal yang menunjukkan titik tertinggi Matahari di belahan Bumi utara. Jika Matahari berada di titik ini maka akan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi utara.
Sebaliknya, garis balik selatan (23,5° LS) adalah titik tertinggi Matahari di belahan Bumi Selatan dan mengakibatkan musim panas di belahan Bumi selatan pula jika Matahari menyentuh titik ini.
Di dunia internasional, fenomena ini disebut dengan Zero Shadow Day dan hanya terjadi setahun dua kali. Kota besar yang mengalami peristiwa ini termasuk India, Sydney, Cape Town, Cairo, Roma, Sao Paolo, Santiago de Chile, Hong Kong dan Los Angeles.
Hanya saja, waktu hari tanpa bayangan akan berbeda antara satu kota dengan kota lainnya. Sebab, Bumi mengelilingi Matahari dalam garis edar yang berbentuk lonjong dan miring 23,4 derajat terhadap bidang equator Bumi.
Peristiwa equinox sendiri sempat dijelaskan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) menyebabkan durasi siang dan malam sama-sama 12 jam di seluruh dunia. Ini karena sinar Matahari membelah Bumi tepat di garis tengah atau khatulistiwa (0 derajat).
Bagi wilayah di garis equator, peristiwa equinox sering dikaitkan dengan kenaikan suhu maksimal di wilayah Indonesia yang bisa mencapai 32-36°C. Namun peristiwa ini pernah ditegaskan LAPAN berbeda dari HeatWave yang terjadi di Afrika dan Timur Tengah yang dapat mengakibatkan peningkatan suhu udara secara besar dan bertahan lama.
(age)