Jakarta, CNN Indonesia -- Facebook mengatakan telah menyewa tim forensik digital untuk menyelidiki Cambridge Analytica (CA) setelah kejadian kebocoran data pengguna sebanyak 50 juta.
Pada hari Jumat, jelang laporan investigasi yang merinci dari skema penyalahgunaan data tersebut, Facebook mengatakan telah melarang perusahaan dan platform induknya menggunakan aplikasi yang menarik pengguna.
Hal ini dilakukan setelah terbuktinya seorang profesor memberikan data yang dihasilkan kepada Cambridge Analytica. Kejadian tersebut telah melanggar kebijakan Facebook. Dalam pengumumannya, Facebook telah menerima laporan yang bertentangan dari klaim CA terkait penghancuran data.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, CA telah mengklaim menghancurkan data yang mereka dapatkan. Kemarahan yang terjadi selanjutnya mengarah pada Facebook dan Cambridge Analytica.
Dua perusahaan tersebut yang menjalankan operasi data untuk kampanye Trump, telah berlangsung cepat dan meluas. Saat ini, dalam sebuah catatan yang ditindaklanjuti, Facebook mengatakan telah mempekerjakan perusahaan Stroz Friedberg untuk melakukan audit tersebut.
Dilansir dari
The Verge, menurut Facebook, Cambridge Analytica bekerja sama dan menawarkan akses ke server mereka. Profesor yang terlibat juga sepakat untuk memberikan audit, sementara
whistleblower tidak terlibat, kata perusahaan tersebut.
Facebook mengatakan bahwa penyelidikan tersebut dimaksudkan untuk memverifikasi klaim dari Cambridge Analytica dan yang lainnya yang mengatakan bahwa data yang dimaksud ternyata telah dihancurkan.
"Jika data ini masih ada, itu akan menjadi pelanggaran berat terhadap kebijakan Facebook dan pelanggaran kepercayaan yang tidak dapat diterima dan komitmen yang dibuat oleh kelompok-kelompok ini," kata Facebook dalam pernyataannya
(age)