Jakarta, CNN Indonesia -- Sepuluh hari sebelum kematiannya, Stephen Hawking menyelesaikan jurnal terakhir yang memprediksi bagaimana akhir dari semesta. Ia memprediksi semesta akan meredup dalam kegelapan ketika bintang-bintang kehabisan energi.
Makalah yang berjudul
"A Smooth Exit From Eternal Inflation" ini juga disebut-sebut menjadi bukti teori multiverse.Teori multiverse sendiri adalah teori yang menganggap bahwa adanya kemungkinan berbagai semesta termasuk semesta yang dihuni oleh manusia.
Hawking dikenal sebagai penulis matematika yang mencari bukti soal teori multiverse yang sudah dibahas sejak zaman Newton.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bersama Profesor Thomas Hertog dari Universitas KU Leuven Belgia, Hawking juga mengajukan cara yang bisa dilakukan para ilmuwan mungkin untuk bisa menemukan semesta alternatif tersebut.
Ia mengusulkan agar peneliti menerbangkan robot kapal ruang angkasa. Hal ini memungkinkan manusia untuk memperoleh pengertian yang lebih akurat terhadap alam semesta.
Hertog juga menjelaskan bahwa tujuan dari makalah ini adalah untuk, "mengubah ide multiverse menjadi kerangka kerja ilmiah," jelasnya seperti dikutip
Business Insider dari
Sunday Times, Minggu (18/3).
Jika hal ini benar ditemukan, maka akan memberi pemahaman yang lebih akurat tentang alam semesta kita sendiri. Saat ini, makalah tersebut sedang dikaji oleh jurnal ilmiah terkemuka.
"Dia sering dinominasikan untuk penghargaan Nobel dan seharusnya bisa memenangkannya. Sekarang dia tak akan pernah bisa," jelas Hertog seperti dilaporkan
CNBC, Senin (19/3).
Hawking juga dikenal berkat karyanya mengenai teori lubang hitam dan teori relativitas. Sebelumnya ia memperkirakan bahwa bumi akan menjadi bola api raksasa pada 2600. Untuk itu, manusia harus mempersiapkan diri melakukan koloni planet lain atau menghadapi kepunahan.
Pada 2015, Hawking bersama dengan biliuner Yuri Milner membuat proyek menggunakan komputer canggih untuk mendeteksi keberadaan alien.
(eks)