PerformaPengguna Galaxy S9+ di Indonesia kebagian Exynos 9810 dengan 10nm, 64 bit, prosesor
octa-core. Dengan RAM 4GB dan ROM 64GB, pengguna bisa mengandalkan ponsel ini dalam berbagai macam mode.
Untuk mengoptimalkan performa dan baterai, Samsung menyediakan empat mode performa. Mode ini akan otomatis menyesuaikan resolusi layar, penggunaan baterai, dan kecepatan internet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mode yang paling dasar yang disarankan untuk digunakan membantu pengguna menghemat baterai dengan resolusi layar FHD.
Jika ingin menggunakan ponsel untuk bermain gim, maka pengaturan
mode game di akan memaksimalkan pengalaman. Samsung meningkatkan performa prosesor dan grafis
game menjadi lebih halus dengan resolusi FHD+ (2220x1080) dalam mode ini.
 Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma |
Selama percobaan, baterai perangkat hanya berkurang satu persen untuk bermain Asphalt 8 selama 15 menit.
Untuk menonton video maupun konten hiburan lainnya, mode hiburan akan membuat suara lebih tinggi dengan dukungan Dolby Atmos. Hasilnya, suara menjadi lebih
stereo dibanding tanpa mode pengaktifan Dolby Atmos. Sehingga, pengalaman menonton atau mendengarkan musik akan terasa lebih menyenangkan.
Resolusi layar juga akan ditingkatkan dalam kualitas ultra WQHD+ (2960x1440). Agar tak mengalami
lagging , Samsung juga melakukan peningkatan
bit dan
bandwidth.
Jika pengguna ingin mendapatkan pengalaman maksimal dalam ponsel, pengguna bisa memilih mode kinerja tinggi. Resolusi layar akan diaktifkan sebagai WQHD sehingga baterai akan cepat terkuras.
Galaxy S9+ bisa diperluas dengan memori eksternal hingga 400GB dan berjalan dengan Android 8 Oreo.
 Foto: CNN Indonesia/Bisma Septalisma |
Sistem KeamananSamsung membekali Galaxy S9 series dengan keamanan berlapis termasuk dengan menghadirkan sensor sidik jari di belakang perangkat, pemindai iris dan pemindai wajah yang sensornya diletakkan di depan ponsel.
Dalam pengujian produk ini, kami mencoba untuk menjajal seberapa baik pemindai biometrik wajah dan iris mata bekerja untuk membuka perangkat. Ternyata, kunci perangkat tidak terbuka jika pengguna masih menggunakan kacamata. Sehingga, pemindai wajah dan iris mata ini akan cukup merepotkan mereka yang menggunakan kacamata.
Tak hanya itu, pengguna juga harus membelalakkan mata lebih lebar agar pemindai iris bekerja dengan cepat untuk memindai mata. Pengguna akan melihat sinar merah menyala setiap kali ponsel memindai iris. Kecepatannya tergolong masih kalah dengan Oppo F5 yang bekerja lebih cepat saat membuka kunci ponsel.
Wajah dan mata juga harus berada pada jarak yang benar agar sensor bisa membaca dengan baik. Selama pengalaman, beberapa kali sensor gagal membaca pengguna jika ponsel terlalu dekat atau terlalu jauh.
Sementara itu, letak pemindai jari di belakang terasa lebih nyaman sebagai pembuka kunci. Letaknya lebih pas jika dibandingkan dengan versi terdahulunya berdampingan dengan kamera belakang.