Jakarta, CNN Indonesia -- Sejarah mencatat Indonesia pernah beberapa kali mengalami
tsunami setinggi 50 meter. Bahkan, ada satu masa tsunami memiliki ketinggian 100 meter dan menghantam wilayah maluku.
Radianta Trimadja, profesor teknik sipil asal Universitas Gadjah Mada meyakini potensi tsunami dengan ketinggian 50 meter lebih benar-benar ada. Menurut Radianta, contoh yang paling dekat adalah tsunami di Aceh pada 2004 silam.
Ucapan Radianta merujuk pada data National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang memperlihatkan riwayat tsunami di Indonesia sejak tahun 1600 hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara akumulasi, tsunami dengan ketinggian lebih dari 20 meter terjadi sebanyak enam kali, sementara tsunami yang lebih dari 50 meter sudah dua kali terjadi.
"Bahkan di pertengahan 1600, ada tsunami setinggi 100 meter di Maluku," jelas Radianta dalam seminar Civil Talk yang dihelat oleh Keluarga Alumni Mahasiswa Teknik Sipil Gadjah Mada (KATSGAMA) di bilangan SCBD, Selasa (10/4).
Data dari NOAA tersebut juga menunjukkan ada 17 tsunami yang menghantam Indonesia dalam kurun 25 tahun terakhir. Itu artinya setiap dua tahun setidaknya ada satu tsunami. Namun, statistik mencatat tsunami berketinggian lebih dari 50 meter tidak pernah melanda wilayah Jawa-Bali sejak tahun 1000.
Penjelasan Radianta ini terkait dengan kontroversi yang timbul dari kajian ilmiah koleganya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, soal potensi tsunami di Jawa bagian barat.
Dalam kajian tersebut, Widjo mendapati wilayah dengan dampak terbesar apabila terjadi gempa dengan sumber di segmen Selat Sunda dan sekitarnya adalah Kabupaten Pandeglang, Banten, dengan potensi tsunami setinggi 57 meter.
Widjo dalam forum yang sama menjelaskan sejatinya permodelan yang ia lakukan itu masih perlu pendalaman tambahan. Namun Radianta meyakini suatu permodelan seperti yang dibuat Widjo bisa dipakai sebagai acuan mitigasi bencana tsunami, terlebih sejarah mencatat tsunami lebih dari 50 meter sudah pernah terjadi di Indonesia sebelumnya.
"Ketika suatu model sudah terbentuk, 95 persen akan terbukti benar. Saya sangat yakin dengan permodelan yang dibuat Pak Widjo karena sudah jelas sekali," imbuh Radianta.
Posisi Kabupaten Pandeglang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia di sisi barat dan selatan. Bentuk wilayahnya yang menjorok ke arah samudera diperhitungkan berisiko paling besar ketika terjadi gempa dan tsunami yang bersumber di segmen Enggano, Selat Sunda, dan Jawa Barat-Tengah.
"Ke depannya yang kita hadapi adalah potensi bencana yang sangat besar, tetapi potensi bencana itu sangat mungkin terjadi dengan di Aceh, Pangandaran, Mentawai, dan masih banyak lagi," ujar Widjo yang aktif meneliti untuk Balai Teknologi Infrastruktur Pelabuhan dan Dinamika Pantai BPPT.
Widjo menekankan kajian ilmiahnya bertujuan mengidentifikasi potensi bencana, khususnya tsunami. Sehingga pemerintah dan pemangku kepentingan lain dapat mengambil strategi mitigasi yang tepat sebagai antisipasi potensi tersebut.
(age)