Facebook Tinjau Ulang Keberadaannya di Myanmar

Bintoro Agung | CNN Indonesia
Sabtu, 28 Apr 2018 03:39 WIB
Facebook bakal meninjau ulang operasional mereka di Myanmar karena temuan bahwa Facebook dipakai menjadi alat propaganda dalam polemik Rohingya.
Ilustrasi. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Facebook bakal meninjau ulang operasional mereka di Myanmar. Sikap itu tak lepas dari temuan bahwa Facebook dipakai menjadi alat propaganda dalam polemik Rohingya.

Berbicara di hadapan parlemen Inggris, Chief Technology Officer Facebook Mike Schroepfer tak ragu untuk mengambil kebijakan itu menyusul dampak yang terjadi di Myanmar sangatlah besar.

"Situasi di Myanmar sangat mengerikan. Kami butuh lebih banyak orang di lapangan," ujar Schroepfer seperti diberitakan oleh Reuters, Kamis (26/4).
Facebook mendapat kritik tajam dalam menangani peredaran konten negatif, terutama yang mengandung ujaran kebencian dan kabar bohong. Contoh terburuk terjadi pada kasus Rohingya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO sekaligus pendiri Facebook Mark Zuckerberg mengakui jejaring sosial buatannya dimanfaatkan dalam kampanye anti-Rohingya di Myanmar. Dalam wawancara kepada Vox, Zuckerberg menyadari ada kekerasan nyata akibat penyalahgunaan itu.

"Saya rasa jelas bahwa orang-orang mencoba memanfaatkan alat kami untuk melakukan kekerasan. Saat ini sistem kami sudah bisa mendeteksinya. Kami hentikan pesan itu berlalu-lalang. Tapi ini sesuatu yang sangat kami perhatikan," aku Zuckerberg kepada Vox.
Lebih dari 650.000 warga muslim Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine, Myanmar, ke Bangladesh sejak krisis terjadi di sana.

Investigasi dari PBB juga menguatkan penyalahgunaan platform Facebook dalam menyulut konflik di Rohingya. Penyelidik PBB di Myanmar, Yanghee Lee berkata Facebook sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan warga Myanmar.

"Segalanya di Myanmar dilakukan melalui Facebook," ujar Lee.

"Saya takut Facebook sudah berubah menjadi monster dari yang semula diniatkan." tambahnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara memakai kasus Rohingya sebagai parameter terburuk penyalahgunaan media sosial. Rudiantara berkali-kali menegaskan tak segan menutup layanan media sosial tertentu apabila dimanfaatkan pihak-pihak yang memecah belah bangsa. (age)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER