Jakarta, CNN Indonesia -- Persaingan mobil listrik kian nyata di Indonesia setelah pemerintah terus menggodok rencana untuk mengembangkan mobil ramah lingkungan di mana di dalamnya menerangkan insentif pajak untuk mobil-mobil berbahan bakar alternatif seperti mobil hibrid dan listrik.
Bahkan mobil konvensional bermesin pembakaran dalam (
combustion engine) perlahan akan hilang dari jalanan mulai 2030. Ini artinya babak baru bagi industri otomotif dalam negeri.
Presiden Direktur PT TMMIN Warih Andang Tjahjono mengaku masuknya era mobil listrik sebagai pengganti mobil konvensional di Indonesia tidak bisa dihindari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maka dari itu pihaknya telah mengantongi strategi sejak awal. Dan kesiapan TMMIN menyambut mobil nol emisi tersebut diterjemahkan saat mengunjungi Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta beberapa wakut lalu.
TMMIN dikatakan Warih berkomitmen mendukung pemerintah untuk membangun industri mobil listrik di Tanah Air.
Manufaktur merek Jepang itu saat ini memang tengah menyambut era mobil listrik, dan untuk mencapai tahap itu perlu pelbagai kesiapan yang matang. Tidak hanya Toyota, merek lain di Indonesia dijelaskan Warih harus bersiap-siap dengan segala kemungkinan yang ada di masa depan.
"Ya kan pemerintah menetapkan 2025 itu semua produsen siap. Sekarang kan masing-masing negara sudah menetapkan
electric vehicle. Misal India pada 2030 itu pertumbuhan mobil listrik 30 persen. Kita juga sebetulnya 2025 bisa 20 persen (pertumbuhan). Nah kalau market bagus yang bisa juga kemungkinan naik lagi," ucap Warih beberapa waktu lalu.
"Mobil listrik Toyota? Itu 2025 semua model ada
line up-nya. Nah 2020 itu first BEV (
baterry electric vehicle). Jadi sebetulnya secara produk
line up ya siap," jelas Warih kemudian.
Tren penggunaan mobil listrik dimulai dari Amerika dan Eropa. Seperti Inggris yang membuat kebijakan pada 2040, tanpa adanya kendaraan bermesin diesel maupun bensin. Permasalahannya apakah Indonesia siap dengan serbuan mobil listrik?
Director Administration, Corporate, & External Affairs PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azzam menjelaskan kehadiran mobil listrik setidaknya harus ditopang dengan infrastruktur memadai di samping purnajual yang mendukung.
"Kalau kita ngomong listrik itu jangan cuma dilihat produksi saja.
Sales (tenaga penjual) juga harus disiapin. Karena jualan mobil listrik sama konvensional biasa itu berbeda. Bengkelnya juga,
aftersales service juga. Infrastruktur juga. Yang penting lagi adalah komponen," ucap Bob.
Menurut Warih, manufakturnya sendiri harus siap. Sebab transformasi mobil konvensional ke mobil listrik akan mengorbankan 30 persen komponen. Komponen seperti transmisi, mesin bensin atau diesel, axle dan komponen mekanikal lainnya akan hilang.
"Secara teori itu ada 30 persen perubahan. Kalau 100
supply chain ya kira-kira 30
supply chain itu harus disiapin benar-benar," jelas Warih.
Yang jadi permasalahannya adalah industri pendukung lainnya seperti pelumas, baterai ukuran kecil dan lainnya. Mereka harus segera beralih unit bisnis dan jangan sampai telat mengantisipasi kehadiran mobil listrik.
"Itu juga tidak hanya ke
supply chain TMMIN. Kaya misalnya
lubrican nanti bagaimana. Kan kalau listrik itu enggak ada
lubrican, nah itu harus
shifting ke mana," ucap Warih bertanya.
Untuk baterai mobil listrik, Indonesia memiliki potensi dalam membuat komponen inti baterai mobil listrik yang bisa dimanfaatkan yakni material nikel dan kobalt. Sebab Indonesia punya sumber bahan baku untuk pembuatan komponen baterai, seperti nikel murni, contohnya sudah ada industri pengolahan nikel murni di Morowali dan Halmahera.
Kondisi ini tidak menutup kemungkinan Indonesia ebagai negara pemasok baterai mobil listrik untuk kebutuhan domestik dan ke sejumlah negara.
Manufaktur lain di Indonesia, yaitu PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) juga sudah menerima sinyal era mobil listrik dari pemerintah.
Direktur Pemasaran Suzuki Indomobil Sales (SIS) Donny Saputra menjelaskan jika pihaknya mendukung komitmen pemerintah. Menurut Donny, pihaknya sudah siap mengantisipasi serbuan mobil listrik mulai 2025.
"Pemerintah juga udah diskusi kepada kami melalui Gaikindo mengenai
roadmap mobil listrik. Karena apa, secara global kita tidak bisa lari dari tuntutan global. Jepang, China, India dan sebagainya itu sudah mulai hibrid. Bahkan India sudah punya rencana sendiri, BEV," imbuh Donny.
Dijelaskan Donny, hanya saat ini antisipasi yang dilakukan SIS adalah impor atau memproduksi mobil listrik di dalam negeri. Jika untuk mendapatkan insentif, artinya harus memproduksi di Indonesia. Dalam hal ini artinya harus penambahan investasi pabriknya di Indonesia guna memperlancar memproduksi kendaraan listrik.
"Ya kami siap, itu tergantung arahannya saja bagaimana," tutup Donny.
(mik)