Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota tim teknologi informasi (TI) Komisi Pemilihan Umum (
KPU) HS menyebut bahwa Direktorat Siber Badan Reserse Kriminal (
Bareskrim) Polri telah mengetahui tindakan teror
missed call yang menyerangnya.
Tindakan teror yang dimaksud terkait dengan serangan siber ke ponselnya yang diserang dengan ratusan telepon dan upaya peretasan ke akun Telegram dan Whatsapp miliknya.
"Teman-teman Cyber Crime sudah tahu kejadian ini. Sudah kami laporkan," kata HS saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (28/6)
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, dia menyerahkan tahap selanjutnya ke tim Siber Bareskrim apakah hendak diselidiki lebih lanjut atau tidak. "Saya serahkan itu pada kebijaksanaan kawan-kawan di Cyber Crime. Toh usaha
hacking ini juga tidak berhasil sebetulnya," kata HS.
Sebelumnya, HS mengaku
missed call ini tidak hanya satu atau dua kali, tapi ratusan kali per jam tanpa henti.
HS yang menangani sistem TI Pilpres 2019 ini mengaku baterai ponselnya sampai habis karena banyak teror telepon yang masuk. Serangan itu ini ia alami sekitar pukul 24.00 WIB pada Rabu Kemarin (27/6) sampai Kamis pagi.
Tidak hanya diserang melalui sambungan telepon, pada waktu yang sama HS juga mengaku mendapatkan pesan singkat aneh dari Telegram yang meminta kode otentikasi yang biasa digunakan ketika melakukan login ke Telegram. Untuk menanggulangi ini ia langsung mengaktifkan fitur keamanan
two factor authentication.Pada pagi hari, HS juga terkena serangan di Whatsapp. Ia juga melakukan penindakan yang sama dengan akun Telegramnya, yakni mengaktifkan fitur
two factor authentication.Ia mengatakan rekan-rekannya di tim TI KPU juga mengalami serangan serupa. Kendati demikian ia mengatakan rekan-rekannya tidak ada yang menjadi korban peretasan.
Menurut pengakuan HS, nyaris semua rekan tim TI KPU semua terkena bombardir dan usaha
hacking itu.
(eks/asa)