Jakarta, CNN Indonesia -- Penyebaran informasi plasu dan hoaks di media sosial turut mendorong
YouTube untuk mengambil langkah aktif di platform berbagi video miliknya.
Anak perusahaan Alphabet ini mengumumkan akan menampilkan teks berita pendek dari sumber-sumber terpercaya pada hasil pencarian 'breaking news' seperti saat ada kejadian bencana alam, peristiwa penembahan, dan hal kritis lainnya. Hal ini tak lain untuk menangkal cepatnya distribusi berita palsu setelah sejumlah peristiwa besar.
Dalam kondisi darurat seperti itu, konten vide otidak bisa diandalkan karena sumber berita yang terverifikasi butuh waktu untuk memperoduksi konten video berita yang berkualitas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, pada Senin (9/7) YouTube memastikan akan memperkenalkan fitur teks berita pendek agar pengguna mendapatkan informasi akurat dan terpercaya. Langkah ini sekaligus untuk menekan laju penyebaran video-video hoaks.
Selain melukan upaya dari pihak internal, 10 ribu pengakses Google juga bisa turut menentukan siapa saja yang bisa dikategorikan sebagai sumber terpercaya.
"Kami melakukan perubahan dengan menempatkan konten yang lebih akurat di bagian depan untuk pengguna," ungkap Neal Mohan,
chief product officer YouTube seperti dilansir
CNN.YouTube mengklaim untuk memerangi peredaran hoaks pihaknya telah merogoh kocek sebesar US$25 juta (sekitar Rp258,7 miliar) untuk tahun-tahun kedepan.
Anggaran tersebut rencananya akan digunakan untuk membantu media di seluruh dunia memproduksi kontenvideo yag baik, termasuk memberikan pelatihan ke pegawai media dan memfasilitasi prodksi video yang memadai.
Saat ini YouTube disebut tengah melakukan eksperien untuk menangkal video konspirasi dengan menggandeng sejumlah sumber terpercaya seperti Wikipedia dan Encyclopedia Britannica. Google juga akan menyelipkan informasi tambahan dari pihak ketiga ketika pengguna melakukan pencarian mengenai topik yang dinilai kontroversial.
(rbc/evn)