, akan memperluas layanan ke Thailand pada akhir Desember 2018.
Pengumuman ekspansi ini dilakukan setelah
startup fintech itu mendapatkan suntikan pendanaan seri B dari enam investor lokal dan internasional.
Keenam investor ini adalah SBI Holdings, Mandiri Capital Indonesia, Persada Capital, Endeavor Catalyst, dan 9F Fintech Holdings Group, juga Kejora Venture yang juga sebelumnya melakukan investasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami bersyukur dengan adanya dukungan para investor yang memiliki kredibilitas dam membangun ekonomi digital yang mampu meningkatkan Inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara, ujar Co-Founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi saat ditemui di Pacific Place, Jakarta Selatan, Selasa (31/7).
Suntikan dana ini dialokasikan untuk pengeluaran perusahaan untuk ekspansi ke Thailand agar pasar Investree berkembang. Adrian berencana aplikasi Investree sudah bisa digunakan di negeri gajah putih itu pada Desember 2018.
Andalkan invoice financingAdrian mengatakan pasar di Thailand memilki karakteristik yang serupa dengan Indonesia. Oleh karena itu Adrian mengatakan dalam ekspansi ini, Investree akan membawa produk-produknya andalannya seperti
invoice financing.
Dengan
invoice financing, peminjam menjamin tagihan yang sedang berjalan sebagai sumber pembayaran peminjaman.
"Dengan model demografi mirip dengan Indonesia jumlah UMKM masih banyak yang belum dilayani sektor perbankan. Potensi
invoice financing produk kami yang menarik ini bisa digunakan di Thailand karena bersifat global," ujar Adrian.
Dalam strategi ekspansinya di Thailand, Adrian akan bekerja sama dengan partner lokal. Strategi kerja sama ini digunakan karena partner lokal ini memiliki pemahaman mendalam tentang karakteristik pasar di Thailand dan hubungannya dengan regulator.
Pasalnya berdasarkan pengalaman Investree membangun perusahaan di Indonesia, pemahaman pasar dan hubungan dengan regulator merupakan faktor krusial.
"Dari pengalaman kita mulai di Indonesia, dua hal itu sangat penting. Hubungan dengan regulator dan pemahaman terkait pasar dan resiko-resiko pasar tersebut," ujar Adrian.
Kendati demikian pengalokasian dana Investree terbesar adalah pengembangan di bidang Teknologi. Pengembangan ini dilakukan untun memperkuat infrastruktur teknologi akan mampu mengolah transaksi lebih banyak dan integrasi dengan ekosistem P2P
lending.
Layanan P2P lending sendiri merupakan layanan pinjam meminjam menggunakan platform teknologi. Platform ini mengumpulkan pengguna yang berperan sebagai pemilik pemodal dan peminjam. Pemilik modal perseorangan bisa memberikan pinjaman kepada para peminjam yang ada di platform tersebut.
"Tentu karena kita ciptakan banyak ekosistem kami, kita butuh investasi integrasi IT. Jadi infrastruktur harus kuat bagaimana kita bisa olah ribuan transaksi yang bersumber pada ekosistem yang kita ciptakan," ujar Adrian.
Kendati demikian Adrian tidak menyebut berapa jumlah dana suntikan yang didapatkan oleh Investree. Adrian menyebut jumlah dana ini cukup strategis mengingat nama besar para investor.
Khususnya penyumbang dana terbesar, SBI Holding yang merupakan perusahaan induk dari beberala perusahaan layanan dknansi daring dan kegiatan investasi di Jepang dan Internasional.
"Kami tidak bisa menyebut angka investasi. Menurut kami nama besar para investor ini menunjukkan besaran dana cukup strategis," ujar Adrian.
Pada Desember 2016 total fasilitas pinjaman yang disalurkan Investree sekitar Rp52 miliar. Pada Desember Juli 2018 sudah mencapai angka Rp1,04 triliun. Padahal pada Desember 2017 dana yang disalurkan masih berada di angka Rp537 Miliar.