Jakarta, CNN Indonesia -- Dengan bantuan kafein, pizza dan adrenalin, para programer yang ikut dalam sebuah kontes di
Arab Saudi mengeksplorasi solusi
teknologi guna mencegah insiden yang memakan korban jiwa dalam pelaksanaan ibadah haji.
Di aula besar di kota Jeddah, ribuan pakar dan mahasiswa di bidang piranti lunak berkompetisi dalam
hackaton pertama di Arab Saudi. Festival koding ini sengaja diadakan sebelum pelaksanaan ibadah haji bulan ini.
Dikutip dari
AFP, ibadah haji yang diperkirakan akan diikuti oleh lebih dari dua juta orang ini menjadi tantangan yang besar bagi pemerintah Arab Saudi. Begitu banyak orang berkumpul di tempat suci yang relatif kecil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perlombaan ini bertujuan menciptakan piranti lunak dalam waktu 36 jam dan peserta dari berbagai penjuru dunia harus bergadang untuk membuat jawaban dari pertanyaan penting yang sejak lama dicari oleh penyelenggara ibadah haji, yakni bagaimana mencegah insiden berdarah di masa depan.
Serangkaian bencana mematikan selama bertahun-tahun telah mendorong kritik terhadap pengelolaan penyelanggaraan Haji di Arab Saudi.
Satu kelompok yang terdiri dari lima perempuan asal Arab Saudi, Yaman dan Eritrea yang mengenakan niqab, duduk di depan laptop masing-masing untuk mendesain satu
apps agar petugas medis bisa dengan cepat mencapai warga yang memerlukan bantuan kesehatan.
Mereka mempergunakan teknologi
geo-tracking.
Jika ada permintaan bantuan dalam jumlah banyak, kelompok ini berharap
apps mereka bisa membantu memilih kasus-kasus yang menjadi prioritas.
Kemudian, dua profesional Pakistan berpasangan dengan dua mahasiswa Asia Timur mengembangkan aplikasi "tali virtual" guna menemukan kerabat yang hilang di lautan manusia dengan menggunakan gelang
bluetooth.
Penyelenggara menyebut sekitar 3.000
programmer menghadiri
hackathon tiga hari di Jeddah.
Empat pria Saudi berusaha mendesain sensor yang akan mengingatkan petugas kebersihan jika ada tempat sampah yang telah penuh, guna menghindari semua masalah kebersihan.
Lalu kelompok perempuan Saudi lainnya menuliskan algoritma dan kode pemrograman di papan tulis untuk merancang aplikasi guna membantu penutur nonbahasa Arab menerjemahkan instruksi ke dalam berbagai bahasa tanpa koneksi internet.
Dengan hampir 3.000
programmer yang mengikuti ajang tersebut, penyelenggara mengatakan Arab Saudi telah memecahkan rekor dunia untuk jumlah peserta terbesar di
Hackathon.
Kendati solusi yang ditawarkan para peserta masih belum teruji, kontes ini menawarkan hadiah uang tunai sekitar dua juta riyal atau sekitar Rp7,6 miliar.
"Kami bertujuan untuk meningkatkan pengalaman haji bagi semua jamaah dari seluruh dunia," kata Nouf al-Rakan, Kepala Eksekutif Federasi Saudi untuk Keamanan dan Pemrograman Cyber, yang menyelenggarakan acara tersebut.
(agi)