Jakarta, CNN Indonesia --
Samsung akan gelontorkan 322 triliun (25 triluin won) untuk pengembangan dan penelitian 5G, kecerdasan buatan, biofarmasi, dan mobil otonom, dalam tiga tahun mendatang.
Diharapkan sektor-sektor baru ini bisa mendongkrak pendapatan Samsung yang sedikit menurun akibat melemahnya pasar
smartphone global.
"Samsung memperkirakan inovasi menggunakan teknologi kecerdasan buatan akan mendorong transformasi industri. Sementara teknologi telekomunikasi 5G akan mendorong kesempatan baru untuk kendaraan otonom, Internet of Things, dan robotika," jelas perusahaan itu dalam pernyataan yang dikutip
Channel News Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka ini sepertiga (35,42 persen) dari total investasi yang digelontorkan Samsung sebesar 2,3 quadriliun (180 triliun won). Dua pertiga dari investasi ini akan digunakan untuk pengembangan semikonduktor, layar, dan pemeliharaan aset.
Sebagian besar investasi ini (180 triliun won) akan digunakan di Korea Selatan dan tidak memberikan detil lebih lanjut, seperti disebutkan
CNBC.
Padahal selain di Korea Selatan, Samsung juga memiliki pusat pengembangan kecerasan buatan di Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Rusia.
Dengan investasi baru ini, Samsung berharap bisa membuka 40.000 lapangan pekerjaan baru dalam tiga tahun mendatang. Hal ini sepertinya akan membawa kelegaan bagi pemerintah Korsel yang saat ini tengah bergulat denan tingginya angka pengangguran anak muda di negara itu.
Pengumuman ini dilakukan dua hari setelah Menteri Keuangan Korea Selatan Kim Dong-yeon melakukan pertemuan dengan Kepala Grup
de-facto Samsung, Lee. Dalam pertemuan itu Yeon meminta agar Samsung menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong perekonomian negara.
Samsung saat ini telah menjadi pembuat smartphone terbesar di dunia. Selain itu bisnisnya juga ditopang oleh penjualan semikonduktor miliknya. Semikonduktor ini digunakan oleh berbagai perusahaan termasuk Apple.
Tapi, Samsung Electronic minggu lalu baru saja mencatatkan pertumbuhan kuartal yang lambat. Perlambatan ini sejalan dengan tren perlambatan pasar smartphone global. Meski Samsung berkilah bisnis chipnya masih punya mencatatkan pertumbuhan.
(eks)