Infinix Sebut Ponsel China Bakal Kuasai Indonesia

JNP | CNN Indonesia
Selasa, 21 Agu 2018 12:01 WIB
Merek ponsel asal Hong Kong, Infinix menyebut ponsel pabrikan China akan menguasai bisnis Indonesia dan dunia.
Ilustrasi. (Foto: CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Persaingan di industri ponsel pintar Indonesia kian sengit. Sejumlah produsen ponsel pintar asal Amerika Serikat, Korea, hingga China menginvasi sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia.

Merek ponsel asal Hong Kong, Infinix memandang dalam beberapa tahun ke depan ponsel pintar buatan pabrikan China akan mendominasi bahkan merajai bisnis ponsel pintar di Indonesia dan dunia.

Country Manager Assistant Infinix Agus Supangat mengatakan pasar ponsel pintar di China dan Indonesia memiliki kesamaan. Konsumen di kedua negara ini ingin membeli ponsel pintar dengan harga miring tapi memiliki fitur yang lengkap.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bisa dibilang ponsel merek China merajai dunia. Ke depannya saya melihat akan terus berkembang dan pasar Indonesia akan menyerupai pasar China. Ponsel merek China akan mendominasi pasar ponsel Indonesia. kata Agus di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/8).

Ponsel pintar merek China dengan harga yang lebih murah dianggap merupakan salah satu penyebab merosotnya penjualan ponsel Samsung. Hal inilah yang disebut jadi alasan Samsung menutup salah satu pabriknya di China, alasan penjualan yang terus merosot.

"Kabar terbaru Samsung sendiri sudah kalah telak di China sampai menutup pabriknya di sana," ucap Agus.

Samsung dalam pernyataan tertulisnya menyatakan bahwa penutupan pabrik di Tianjin, China dilakukan karena penurunan permintaan ponsel Samsung di negara tersebut. Penurunan permintaan ponsel di sisi lain justru dibarengi dengan peningkatan biaya tenaga kerja.

Pada 2013 Samsung tercatat menguasai 20 persen pangsa pasar ponsel di China. Akan tetapi, tahun ini pangsa pasar ponsel Samsung di China hanya tersisa satu persen.

Samsung kalah saing dengan Huawei, Xiaomi dan merek China lainnya. Kekalahan persaingan tersebut utamanya terjadi pada harga jual yang lebih mahal ketimbang kompetitornya dari Negeri Bambu. (evn)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER