Jakarta, CNN Indonesia -- Survei pengembang
software pengamanan data
Symantec mengungkapkan pengawasan orang tua dalam aktivitas daring anak-anak di Indonesia masih rendah. Symantec melakukan survei pada 5 sampai 24 Oktober 2017 dengan jumlah responden 720 orang tua di Indonesia.
Hasil survei menunjukkan hanya 57 persen orang tua yang mengizinkan anaknya hanya mengakses internet apabila diawasi oleh orang tua. Terkait konten atau website yang tidak ramah dengan anak, hanya 51 persen orang tua yang mengizinkan anaknya untuk mengakses konten atau website tertentu.
"Sebagian orangtua melarang anak-anak mereka mengakses media sosial atau bermain game. Sementara itu, ada pula orangtua mengawasi pertemanan instan anak-anak mereka dengan teman-teman mereka di negara lain dengan zona waktu berbeda," ujar Chee Choon Hong, Direktur Asia Consumer Business Symantec dalam keterangan resmi, Rabu (5/9).
Hanya 57 persen orang tua yang mengawasi anaknya ketika menggunakan media sosial dan 51 persen orang tua mengawasi anaknya ketika berkomunikasi. Kendati demikian, orang tua mengawasi anak-anak ketika hendak melakukan transaksi online. 75 persen orang tua melaporkan selalu mengawasi anaknya ketika berbelanja online.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lima Ancaman Siber pada AnakDari hasil riset ini, Symantec juga mengungkapkan lima ancaman siber yang paling ditakutkan orang tua terkait keamanan anaknya. Berbanding terbalik dengan rendahnya pengawasan, orang tua ternyata sadar terhadap ancaman-ancaman siber.
Hasil survei ini menunjukkan 92 persen orang tua khawatir anak-anaknya mendapat
cyberbullying. 92 persen orang tua juga takut anaknya terpancing untuk bertemu dengan orang asing.
"Dalam parenting, kita banyak banyak menemukan hal-hal yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Di era digital seperti saat ini, orangtua harus memahami cara mempersiapkan, melindungi, dan memberdayakan anak-anak untuk menggunakan teknologi secara aman," ujar Hong.
Anak-anak seringkali juga terlalu mudah untuk membagikan informasi pribadi melalui unggahan di media sosial, 91 persen orang tua takut anaknya terlalu banyak memberikan informasi kepada orang asing.
Orang tua takut anaknya terlalu sembrono ketika berseluncur di browser sehinga terserang malware, 90 persen orang tua khawatir anaknya mengunduh program atau virus berbahaya.
89 persen orang tua takut anaknya menghabiskan waktu terlalu banyak di depan layar sehingga kurang bersosialisasi di dunia nyata.
"Teknologi telah mengubah cara anak-anak kita tumbuh sehingga orangtua membutuhkan aturan-aturan baru. Keluarga kini berada dalam era yang memandang perdebatan mengenai aturan durasi beraktivitas online hampir sama pentingnya dengan jam tidur," kata Hong.
(age)