Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan teknologi asal China Huawei membantah bahwa produk ponsel pintarnya disematkan software berupa aplikasi yang mampu memata-matai aktivitas dan data penggunanya.
Seperti diketahui, belum lama ini perusahaan keamanan asal Amerika Serikat Kryptowire merilis temuan yang menyatakan bahwa ada 120 ribu ponsel Android bikinan AS yang menyimpan peranti lunak jahat.
Perusahaan yang diyakini bertanggung jawab atas pengembangan software tersebut adalah Shanghai Adups Technology Company.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, software tersebut juga dicurigai telah disematkan pada ponsel pabrikan China. Data menunjukan bahwa Huawei dan ZTE termasuk ke dalam daftar sebagai dua produsen ponsel asal Negeri Tirai Bambu.
Menanggapi hal tersebut, Huawei Indonesia membantahnya.
"Huawei memperhatikan privasi dan keamanan pelanggan dengan sangat serius, dan kami bekerja dengan tekun untuk menjaga privasi dan keamanan," jelas pihak Huawei Devices Indonesia, mengutip pernyataan resminya kepada
CNNIndonesia.com.
Huawei melanjutkan, "perusahaan yang disebutkan tersebut tidak termasuk dalam daftar pemasok resmi kami. Kami tidak pernah melakukan segala bentuk bisnis dengan mereka."
Sekadar informasi, peranti lunak itu disebut mampu merekam seluruh aktivitas dan data pengguna seperti riwayat panggilan, kata kunci pencarian, daftar kontak, hingga riwayat lokasi yang diarsipkan setiap 72 jam ke China.
Setelah data tersebut terkumpul, peranti lunak itu langsung mengirimnya ke server di China tanpa sepengetahuan si empunya.
Mayoritas ponsel yang menjadi korban adalah ponsel cerdas dengan harga murah. Kryptowire menyebut kejadian pencurian data ini cukup luar biasa mengingat tidak disebabkan oleh bug, melainkan disengaja oleh pengembang software.
(hnf)