Jakarta, CNN Indonesia -- Regulasi uji emisi yang mengetat sejak kasus
Dieselgate mengudara dan tensi perdagangan global menjadi faktor negatif buat
BMW. BMW menyatakan prediksinya, pada tahun ini sulit mencari keuntungan.
Produsen kendaraan mewah asal Bavaria itu, Selasa (25/9), mengatakan dalam keterangan resmi, penggunaan regulasi baru siklus tes WLTP (Worldwide Harmonised Light Vehicle Test Procedure) dapat berujung mengganggu secara signifikan suplai di beberapa pasar Eropa.
Pengetatan prosedur uji tipe kendaraan Uni Eropa telah berlaku pada bulan ini. Penggantian prosedur itu disulut kasus Dieselgate yang telah diakui Volkswagen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan kantor berita DPA, BMW baru pertama kali ini mengangkat kendala kesulitan mendapat keuntungan. BMW mewaspadai cukup atau tidaknya laba yang bakal mereka kantungi.
Pada Agustus lalu, BMW terpaksa harus melakukan recall terhadap 324 ribu mobil diesel di Eropa akibat risiko mesin terbakar. Selain itu BMW juga menarik 8 ribu unit mobil yang dilengkapi perangkat lunak untuk mengurangi emisi saat uji tipe.
BMW memperkirakan keuntungan mereka pada tahun ini akan lebih rendah dibanding tahun lalu, berbeda dengan harapan sebelumnya ingin mendapat pertumbuhan tipis.
BMW meramalkan margin keuntungan mereka hanya akan mencapai "setidaknya 7 persen", dibanding target sebelumnya yang diharapkan bisa menyentuh 10 persen.
Keuntungan sebelum pajak grup BMW juga diyakini akan menunjukkan penurunan moderat dari tahun ke tahun. Pada tahun lalu keuntungan berada di level US$12.6 juta atau Rp187,8 miliar.
Harga saham BMW menurun 5,39 persen dan ditutup pada 79 euro atau setara Rp1,3 juta per lembar. Penurunan ini menjadikan saham BMW sebagai pemain terburuk di jajaran saham blue chip bursa efek Frankfurt.
Gara-gara pernyataan BMW, saham Volkswagen dan Daimler juga menurun.
(fea)