Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan
nuklir, TerraPower, milik
Bill Gates tengah mencari rekanan baru untuk uji coba awal teknologi nuklir anyar mereka. Awalnya, TerraPower sudah bekerja sama dengan perusahaan milik negara asal
China, China National Nuclear Corp pada 2017. Keduanya akan membangun reaktor nuklir eksperimental di selatan Beijing. Rencananya reaktor ini akan dibangun pada 2022.
Namun sejak pemerintah Amerika Serikat memberlakukan perang dagang dengan China, perusahaan nuklir itu terpaksa mencari rekanan baru. Gates pun menulis dalam esai publik akhir pekan lalu bahwa TerraPower sepertinya tidak akan melanjutkan rencana dengan perusahaan China itu akibat embargo pemerintah.
Perusahaan yang berbasis di Washington itu kini tak yakin negara mana yang akan dijajaki untuk menguji teknologi nuklir mereka yang baru. Teknologi baru ini dirancang untuk menggunakan uranium yang telah dipakai sebagai bahan bakar untuk reaktor nuklir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cara ini digunakan untuk meningkatkan keamanan dan biaya reaktor nuklir, seperti diungkap pejabat perusahaan mengatakan kepada
The Wall Street Journal."Kami mungkin bisa mencari rekanan lain," jelas Chief Executive Chris Levesque, seperti dikutip Reuters.
Kepala Departemen Energi Amerika Serikat, Oktober lalu mengumumkan larangan baru terkait perjanjian nuklir dengan China. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintahan Trump untuk membatasi kemampuan China untuk mengakses teknologi buatan AS yang dianggapnya sangat strategis.
Gates menyebut perusahaannya kesulitan untuk membangun reaktor percobaan itu di dalam negeri. Sebab, aturan pemerintah AS terlalu ketat untuk membangun reaktor tersebut. Selain itu, iklim investasi untuk tenaga nuklir pun menurut Gates perlu ditingkatkan.
Untuk itu Gates akan mencoba bernegosiasi dengan pemerintah AS agar negara itu bisa kembali menjadi pemimpin riset teknologi nuklir. Menurut Gates sudah 50 tahun berlalu sejak terakhir AS memimpin teknologi nuklir.
"Dunia perlu berusaha menghentikan perubahan iklim," tulis Gates dalam suratnya. "(Teknologi) nuklir yang lebih canggih adalah salah satunya dan saya harap bisa membujuk pemimpin AS untuk ikut serta dalam permainan ini."
AS masih menempati posisi sebagai produsen nuklir terbesar dengan mengoperasikan 98 reaktor. Reaktor ini menghasilkan listrik hampir 100 ribu megawatt, berdasarkan data Sistem Informasi Tenaga Reaktor milik Agensi Energi Atom AS.
Prancis berada di posisi dua dengan 58 reaktor dan China ditempat ketiga dengan 46 reaktor. Namun, perpetaan ini segera berubah karena China tengah membangun 13 reaktor baru, sementara AS hanya membangun 2 reaktor baru, seperti ditulis
GeekWire.
(eks/eks)