Jakarta, CNN Indonesia -- Kuartal ini tak hanya suram bagi
Apple yang beberapa waktu lalu mengumumkan kalau pendapatan mereka bakal di bawah target. Hal serupa juga terjadi pada
Intel. Perusahaan produsen
cip itu, Kamis (24/1), memperkirakan pendapatan dan keuntungan mereka pada kuartal ini akan meleset dari target dan perkiraan analis.
Lemahnya performa perusahaan akibat perlambatan ekonomi di China dan buruknya permintaan untuk cip pusat data (data center) dan modem mereka. Padahal bisnis cip pusat data telah menjadi pendorong pertumbuhan perusahaan dalam beberapa tahun belakangan. Melonjaknya bisnis ini akibat makin populernya layanan cloud.
Dalam sebuah wawancara, Interim Chief Executive Intel Bob Swan menjelaskan bahwa penyedia pusat data biasanya membeli cip dalam jumlah besar. Pembelian di China menurun karena tahun lalu beberapa pembeli China telah membeli cip lebih awal dari biasanya. Para pembeli ini terutama adalah para penyedia pusat data. Pembelian ini dilakukan akibat ketakutan makin tegangnya pedagangan China-AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya mereka telah melakukan pembelian lebih awal untuk produk tipe server pada pertengahan kuartal kedua dan ketiga tahun lalu," jelasnya. "Tapi secara keseluruhan saya bilang [...] prospek dan kesehatan industri secerah sebelumnya. Kami tengah dalam masa mencerna."
Sementara bisnis cip modem Intel tumbuh 60 persen, namun masih kurang US$200 juta di bawah target. Unit modem ini memiliki, "pertumbuhan fantastik, tapi lebih lemah dari perkiraan, dan berimbas pada pendapatan kami kuartal ini," jelasnya.
Pada perdagangan kemarin, saham Intel turun 6,7 persen didorong oleh kekhawatiran perlambatan industri setelah Apple, Samsung, dan Taiwan Semiconductor mengumumkan permintaan smartphone yang stagnan akibat semakin dinginnya ekonomi China. Tak cuma Intel, saham AMD dan Nvidia juga mengalami penurunan setelah pengumuman ini.
Intel memperkirakan pendapatan kuartal pertama mencapai US$16 miliar dan menyesuaikan pendapatan 87 sen per saham. Sementara itu para analis rata-rata memperkirakan pendapatan sebesar US$17.35 miliar dan keuntungan US$1,01 per lembar saham, menurut data IBES dan Refinitiv.
(eks/eks)