Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan keamanan siber Palo Alto mencatat sistem keamanan siber milik perusahaan telekomunikasi di Indonesia masih belum mampu menangkal
serangan siber jenis baru.
Salah satu serangan siber yang belakangan marak terjadi yakni pencurian data dengan motif menyebarkan malware di ponsel.
Terlebih saat ini perusahaan telekomunikasi bukan hanya menyediakan layanan pesan singkat dan telepon, tapi merambah ke akses internet. Internet menjadi gerbang pengguna menggunakan beragam layanan, sekaligua bagi pertas melancarkan serangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"OTT transaksi bank saya itu dikirimnya lewat SMS atau WhatsApp dan ternyata ponselnya sudah terdeteksi malware. Sehingga SMS bisa di Intercept dan dikirim ke attacker dan dipakai oleh attacker, ujar Country Director Palo Alto Networks Surung Sinamo di Kantor Palo Alto, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (8/2).
Surung menjelaskan jika ada malware yang tertanam di ponsel, maka peretas bisa sesuka hati memantau seluruh aktivitas yang terjadi di ponsel tersebut. Jenis-jenis serangan ini yang menurut Surung baru digarap sistem pertahanannya.
"Penyerangnya bisa monitor, 'nih orang lagi mau melakukan transaksi perbankan' misalnya. Jenis-jenis serangan yang seperti ini yang relatif baru. Telekomunikasi secara general, baru catching up," imbuhnya.
Kendati demikian serangan dengan teknik DDoS sudah bisa ditangkal oleh para perusahaan telekomunikasi. Pasalnya teknik serangan ini adalah yang paling sering digunakan untuk menyerang perusahaan telekomunikasi.
Surung mengatakan perusahaan telekomunikasi sudah memiliki sistem keamanan yang mampu menangkal ancaman-ancaman keamanan dasar. Kendati demikian, untuk menangkal jenis-jenis serangan baru, perusahaan telekomunikasi harus meningkatkan ekosistem sistem keamanan.
"Serangan model-model ini suatu providers itu sudah punya solusinya, karena itu yang paling sering. Rata-rata provider di Indonesia sudah punya solusi untuk DDOS," ucapnya.
Sementara jenis serangan baru lainnya adalah serangan melalui perangkat IoT. IoT dianggap oleh Surung bisa dijadikan medium serangan oleh peretas.
"Atau serangan yang katakanlah masuk lewat IoT, karena kita tahu begitu banyak IoT, mungkin kalau merek ponsel kita bisa mention, kalau di Indonesia mungkin baru puluhan, tapi IoT device masih banyak yang tidak terlindungi," tutur Surung.
(jnp/evn)