Jakarta, CNN Indonesia -- Istilah
unicorn tengah hangat dibahas usai calon presiden nomor urut 01
Joko Widodo mengajukan pertanyaan terkait kebijakan unicorn kepada calon presiden nomor urut 02
Prabowo Subianto saat
debat kedua capres 2019.
Bagi orang awam, istilah unicorn mungkin terasa asing. Mengingat unicorn kerap identik dengan sosok kuda bertanduk satu yang kerap ada di cerita mitologi.
Istilah yang sama sejatinya juga disematkan pada perusahaan rintisan
(startup) yang telah memperoleh valuasi lebih dari US$1 miliar. Penggunaan istilah unicorn pertama kali dilakukan oleh salah satu pemodal asal AS Aileen Lee pada 2013 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam tulisannya di
Techcrunch lima tahun lalu, Lee menggunakan istilah unicorn bagi perusahaan yang berorientasi pada konsumen. Dalam beberapa kasus sekitar 90 persen pendiri
startup memiliki kesamaan, salah satunya gelar sarjana yang sama dengan pendiri lainnya.
Saat menuliskan istilah unicorn, perusahaan Lee mencatat saat itu cuma ada 39 perusahaan yang layak disebut sebagai
startup unicorn club. Disamping itu, Lee mengkategorikan unicorn berdasarkan kemampuan pendiri
startup mengelola perusahaan dan telah memasuki usia 30-an.
"Saya mencari kata yang mewakili kelangkaan dan kekhasan perusahaan-perusahaan ini," ucapnya.
Lee memaparkan menurut data National Venture Capital Association (NVCA) 39 persen dari unicorn terhitung langka, karena hanya 0,07 persen dari
startup teknologi yang muncul saat itu.
Selanjutnya, perusahaan yang masuk dalam
startup unicorn club butuh waktu setidaknya delapan tahun untuk mendapat status unicorn. Hanya saja, unicorn tersebut kemudian harus menghadapi nasib likuiditas.
Padahal hingga 2015 tercatat ada lebih dari 16 ribu startup yang didirikan sejak 2003. Selain itu, Mattermark menunjukkan ada 12.291
startup mendapat pendanaan selama dua tahun terakhir sebelum 2015. Data CVR mencatat 15 ribu
startup baru muncul setiap tahunnya.
Aliran suntikan dana untuk startup mengalami puncaknya pada 2013. Laporan Pricewaterhouse Coopers National Venture Capital Association (PwC/ NVCA) MoneyTree mencatat pada kuartal ketiga 2013 pemodal venturan sudah menggelontorkan US$3,6 miliar pada 468 startup teknologi. Jumlah ini meningkat 73 persen dibandingkan periode yang sama setahun sebelumnya.
CB Insight hingga Januari 2019 melaporkan di seluruh dunia saat ini ada lebihd ari 300
startup. Sementara di Indonesia hingga saat ini baru ada empat unicorn yakni Bukalapak, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia.
(din/evn)