Jakarta, CNN Indonesia -- Pemindai sidik jari yang terpasang di layar
Samsung Galaxy S10 ternyata masih bisa dikecoh. Seorang pengguna memamerkan bagaimana ia mengecoh
pemindai sidik jari ponsel itu menggunakan cetakan 3D dari sidik jarinya sendiri. Hal ini diungkap pengguna dengan nama akun darkshark di layanan media sosial Imgur.
Untuk membuat salinan itu, ia mengambil sidik jari dari gelas, mengolahnya gambar sidik jadi di Photoshop, dan membuat model 3D dari foto itu di 3ds Max.
Lantas model sidik jari 3D itu dicetak selama 13 menit diatas kaca plastik bening. Setelah salah lantaran lupa membalik (mirror) model sebelum dicetak pada percobaan pertama, ia berhasil menipu sensor itu dalam percobaan ketiga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Samsung menyebut pemindainya bisa membaca kapiler di bawah kulit dan denyut nadi sebagai perlindungan tambahan. Jelas ini tidak terjadi," tulis darkshark dalam
unggahannya.
Samsung tidak menggunakan sensor sidik jari kapasitif pada ponsel anyarnya ini. Alih-alih ia menggunakan sensor pemindai ultrasonik agar pemindaian sidik jari lebih sulit dikecoh. Namun, ternyata tetap tak terlalu sulit untuk bisa mengecoh pemindai itu.
"Saya bisa melakukan proses ini selama tiga menit dan mencetaknya dengan printer 3D jarak jauh," tulis darkshark.
Selain itu, ia menambahkan bahwa jika ponsel seseorang dicuri, sidik jari mereka juga sudah ada diponsel tersebut dan bisa dengan mudah disalin.
Hal ini mesti membuat pengguna yang kerap menggunakan sensor sidik jari lebih waspada. Apalagi saat ini makin banyak aplikasi pembayaran dan perbankan yang menggunakan sensor sidik jari untuk mengidentifikasi penggunanya.
Selain itu, teknik mengecoh pemindai biometrik bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada 2016 polisi sempat menggunakan cara serupa agar bisa masuk ke ponsel seorang korban pembunuhan.
Selain itu, perusahaan keamanan siber juga sempat menggunakan topeng 3D seharga US$150 untuk mengecoh FaceID iPhoneX Apple di 2017, seperti dilansir
The Verge.
Meski demikian, Ian Thornton-Trump, Kepala Keamanan Siber dari AmTrust Europe menyebut pemindai sidik jari, wajah, dan pengenal suara ini tak perlu dihindari bagi orang-orang biasa. Sebab, menurutnya akan selalu ada celah dalam sebuhah sistem keamanan.
"Tren keamanan biometrik di perangkat elektronik bagi konsumen tidak akan pernah terlalu aman," jelasnya. "Saya bukan pengggemar pengenal wajah, suara, atau sidik jari, tapi konsumer menyukainy dan itu bukan hal yang buruk," seperti dikutip
Business Times China.
Bahkan darkshark menyebut bahwa sensor ultrasonik masih lebih sulit ditipu ketimbang pengenal sidik jari kapasitif atau optik. "Pemindai sidik jari optik bahkan bisa dikecoh hanya dengan memindai dan mencetak sidik jari di kertas," tuturnya.
(eks/eks)