Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (
LIPI) Agus Haryono meminta pemerintah DKI Jakarta mempelajari terlebih dahulu kandungan partikel dalam debu yang menjadi penyebab
polusi udara. Jika hal itu sudah dilakukan, maka langkah berikutnya bisa dibuat modifikasi cuaca melalui hujan buatan.
Menurutnya kandungan zat kimia seperti garam NaCL yang digunakan untuk proses hujan buatan tidak memberikan dampak bagi lingkungan dan manusia. Namun yang lebih membahayakan justru kandungan partikel yang menjadi pemicu polusi udara.
"Yang masalah bukan kandungan garam atau zat kimia untuk memancing terjadinya hujan, tapi partikel di dalam polusi udara itu. Jadi sebelum melakukan modifikasi cuaca harus dicermati kandungan polutannya," jelas Agus yang merupakan Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI melalui sambungan telepon kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (5/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Agus menjelaskan jika polutan mengandung zat berbahaya seperti logam berat justru bisa berbahaya saat ikut turun bersama air hujan.
Menurutnya, jika sumber polusi udara di Jakarta hanya berupa debu maka itu tidak masalah bagi lingkungan. Perlu dicermati jika kandungan polutan juga termasuk logam berat dari industri dan pembangunan serta polutan berbahaya lainnya.
"Kalau sudah ketahuan sumber polusinya berbahaya jangan pakai modifikasi cuaca. Sebaiknya analisa dulu kandungan seperti apa kemudian sumber polutannya harus dihilangkan dengan aksi bermacam-macam," pungkasnya.
Agus menilai modifikasi cuaca melalui hujan buatan hanya salah satu cara cara instan karena pengaruhnya bisa langsung cepat dirasakan. Ia menekankan pemerintah DKI Jakarta harus mengendalikan sumber polutan agar tidak mengeluarkan asap atau polutan yg berlebih di perkotaan.
Ia mencontohkan upaya pengendalian sumber polutan misalnya dengan memperketat uji kir bagi kendaraan sehinga gas buang tidak mengandung polutan berbahaya. Disamping itu, ia juga menganjurkan pemerintah DKI Jakarta memperketat aturan asap dari pabrik yang keluar hanya berupa asap dan gas CO2 sementara logam berat dan gas berbahaya lainnya 'terjebak' di cerobong asap sebelum keluar.
[Gambas:Video CNN] (evn)