Jakarta, CNN Indonesia --
Bulan terus menjadi target utama dalam perlombaan
antariksa sejak pertama kali dijelajahi oleh
Apollo 11 pada 1969. Impian untuk mendaratkan manusia di Bulan, menjadi tujuan utama beberapa negara di seluruh dunia.
Akan tetapi, sejak 1972, Bulan memang belum pernah dipijak oleh manusia lagi. Tercatat sejak 1972 sudah 12 orang yang telah ke bulan. Akibatnya, hal ini menimbulkan kecurigaan sejumlah pihak.
Lantas, muncul teori konspirasi yang menganggap pendaratan di Bulan yang ternama itu adalah tipuan. Para astronaut sebenarnya hanya melakukan syuting di Bumi, seolah mereka mendarat di Bulan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari
AFP, Amerika Serikat di bawah pemerintahan George Bush sempat akan mengirim lagi manusia ke Bulan pada 1989. Begitu juga dengan anaknya, George W. Bush Jr pada 2002. Namun, keinginan keduanya ditentang kongres karena membutuhkan dana yang sangat besar.
Belakangan, pengiriman manusia dan misi lainnya ke bulan telah direncanakan oleh China, India, Rusia, hingga Jepang. Korea Selatan dan Korea Utara juga ikut meramaikan perlombaan luar angkasa ini, seperti dikutip
The Conversation.
Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) bahkan mengumumkan Deep Space Gateway. Deep Space Gateway merupakan proyek agar manusia bisa tinggal di Bulan. Ini adalah langkah sebelum manusia melakukan misi ke Mars dan misi berikutnya. Bos SpaceX, Elon Musk juga menyerukan untuk membuat pangkalan dan tempat persinggahan di Bulan.
Dilansir dari The New York Times, pada awal 2019, China juga meluncurkan misi pesawat antariksa robotik Chang'e 4. Chang'e4 ini membawa kendaraan penjelajah Yutu 2. Pesawat Antariksa ini membuat China menjadi yang pertama untuk menjelajahi sisi terjauh Bulan.
India juga tak mau tertinggal, negara ini berencana untuk meluncurkan Chandrayaan-2 pada bulan ini. Misi ini merupakan upaya pertama India untuk mendaratkan diri ke Bulan.
Dalam beberapa dekade ke depan, kaki manusia bisa berpijak di Bulan. Cina meramalkan kedatangan pertama astronautnya sekitar seperempat abad di masa depan.
Badan Antariksa Eropa telah mengeluarkan konsep 'desa bulan' internasional yang ditargetkan terwujud pada 2050. Rusia juga telah menggambarkan rencana untuk mengirim astronot ke bulan pada 2030.
[Gambas:Video CNN]
Lantas apa yang membuat negara-negara ini 'ngebet' ingin ke Bulan?
1. Keuntungan Ekonomi dan GeopolitikSecara paradoks, eksplorasi Bulan membangun kerja sama dan persaingan internasional.
Apabila tidak memiliki program ruang angkasa, negara tersebut bisa membangun alat instrumen yang diluncurkan dengan negara lain.
Misalnya, pesawat ruang angkasa Chandrayaan-1 India membawa instrumen dari Swedia, Jerman, Inggris, Bulgaria, dan AS ke Bulan. Ini membantu menyatukan ekonomi dan memberikan motivasi yang kuat untuk menjaga perdamaian.
 Misi chandrayan 2 India (ARUN SANKAR / AFP) |
Persaingan ekonomi dan geopolitik terjadi karena Bulan dianggap merupakan wilayah 'perawan' yang belum diklaim manapun. Menurut Perjanjian Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) yang mengikat lebih dari 100 negara, tidak ada negara yang diizinkan untuk memiliki Bulan.
Padahal Bulan juga menyimpan sumber daya alam yang membuat negara-negara semakin tertarik untuk mengklaim Bulan. Misalnya, sumber daya helium-3 (isotop unsur helium) yang sangat melimpah melimpah di Bulan, tapi langka di Bumi.
Helium-3 adalah bahan bakar potensial untuk fusi reaktor nuklir, sumber energi yang berpotensi tidak terbatas dan tidak berpolusi. Cina, khususnya, telah menyatakan minat yang kuat pada bulan helium-3.
Situasinya tampak mirip dengan Antartika pada 1950-an, saat benua itu dibagi lagi oleh 12 negara yang memiliki program ilmiah.
2. Target MudahLembaga antariksa negara yang sedang berkembang membutuhkan misi dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Bulan dianggap menjadi 'target mudah' untuk misi eksplorasi antariksa.
Komunikasi radio melalui jarak yang relatif pendek antara Bumi dan Bulan (384,4 ribu km) hampir instan (satu sampai dua detik). Antara Bumi dan Mars, waktu komunikasi dua arah terjadi hampir satu jam.
Misi 'Luna' Rusia menunjukkan bahwa secara teknis layak menggunakan robot untuk membawa sampel dari Bulan ke Bumi. Jika misi ini berhasil, maka sampel yang dibawa akan menjdai sampel pertama yang dibawa kembali dari Bulan sejak Luna 24 pada tahun 1976.
China juga bertujuan untuk meluncurkan misi robot ke Bulan dalam satu sampai dua tahun ke depan untuk mengambil sampel.
 Misi Chang'e 4 China dengan kendaraan penjelajah (rover) Yutu 2 yang berhasil mendarat di sisi terjauh Bulan (China National Space Administration (CNSA) via CNS / AFP) |
3. Visi Untuk Inovasi Di masa lalu hingga saat ini, antariksa menarik minat dan investasi karena manusia terdorong untuk menjelajahi ruang angkasa dan mendorong teknologi hingga ke ujung batas.
Ruang angkasa justru menjadi pemersatu banyak negara karena menjadi visi yang jelas untuk mendorong dan inovasi ke depan.
Setelah eksplorasi ruang angkasa diabaikan dalam beberapa dekade kebelakang, eksplorasi kembali dianggap sebagai inspirasi untuk mendorong sains dan membangun kebanggaan nasional.
4. Penemuan BaruMeskipun observasi ke Bulan telah dilakukan sejak beberapa dekade lalu, setiap misi selalu menghasilkan penemuan baru.
Pesawat ruang angkasa Selene Jepang dan misi Chandrayaan-1 India menemukan distribusi mineral baru di Bulan. Kedua misi juga akan memeriksa wilayah yang memiliki sumber daya potensial.
Penemuan yang menarik adalah keberadaan es air dan senyawa organik lainnya. Temuan ini ditemukan di daerah yang secara permanen tidak pernah melihat sinar Matahari.
Jika ada dalam jumlah yang cukup, es air di Bulan dapat digunakan sebagai sumber daya untuk menghasilkan bahan bakar atau mendukung mimpi koloni manusia di Bulan.
Keberadaan air akan menjadi keuntungan besar untuk misi di masa depan mengingat biaya transportasi air dari Bumi ke Bulan. Akan tetapi, kemajuan teknologi dibutuhkan untuk mengambil sumber daya ini dari lingkungan dengan suhu -250 derajat celcius. Tentu ini juga akan mendorong teknologi untuk terus berkembang.
[Gambas:Video CNN]