3. Ridwan Saidi: "Prasasti Kedukan Bukit menggunakan bahasa Armenia yang seolah diterjemahkan dari bahasa Sansekerta"Menurut Tomi, prasasti tersebut menggunakan aksara Pallawa dengan bahasa melayu kuno. Menurutnya, pada masa tersebut, melayu kuno merupakan lingua franca atau bahasa pengantar yang umum digunakan.
Jika dilihat dari geografisnya, kawasan Sriwijaya yang ada di Sumatra Selatan, berdekatan dengan kawasan berbahasa Melayu lainnya di Selat Malaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
4. Ridwan Saidi: "Sriwijaya adalah bajak laut"Kerajaan Sriwijaya menurut Tomi memiliki sebagian masyarakat yang merupakan suku laut. Karena itu, mereka dikenal pandai berperang di laut maupun darat.
"Kalau bajak laut itu kan gak punya tempat, gimana (Sriwijaya) bisa dibilang bajak laut? Zaman Sriwijaya adalah suku laut yang oleh Sriwijaya direkrut untuk jadi tentara," kata Tomi.
Selain itu, Budayawan Palembang Erwan Suryanegara menyebut Kerajaan Sriwijaya menundukkan para perompak yang mengganggu jalur perdagangan namun tak memusnahkannya. Para bajak laut itu menyetor upeti ke kerajaan.
"ArmadaSriwijaya menundukkan para perompak yang lalu lalang di kawasan perairan nusantara dan pasifik. Tapi alih-alih dibunuh, para bajak laut itu ditundukkan dan ditugaskan oleh kerajaan untukmenjagakeamananperairanwilayahkekuasanSriwijaya. Bajak laut itu memberiupetisebagaiimbalantidakdibumihanguskan," ujar pria yang jugamenjadiKetuaYayasanKebudayaanTandipulau, Kamis (29/8).
5. Ridwan Saidi: "I Tsing meneliti lokasi Sriwijaya atas perintah kaisar tiongkok karena banyak kapal mereka yang tenggelam"
I-Tsing menurut Tomi merupakan seorang biksu Tionghoa yang ingin mendalami ajaran Buddha di Nalanda, India. Sebelum itu, ia memutuskan untuk singgah di Sriwijaya untuk belajar bahasa Sansekerta.
Setelah selesai belajar di India, I-Tsing kembali ke Sriwijaya untuk menerjemahkan beberapa kitab suci Buddha yang belum diketahui di Tiongkok.
"Jadi memang ada aktivitas I-Tsing dari Tiongkok ke Sriwijaya, tapi bagaimana dia bisa dibilang utusan kaisar," jelas Tomi.
Selain itu, Erwan juga mengungkap berdasarkan fakta sejarah, Erwan menjelaskan biksu I-Tsing diperintahkan oleh Kaisar China untuk belajar bahasa Sansakerta di Kerajaan Sriwijaya untuk menerjemahkan ajaran Buddha yang ditulis menggunakan aksara itu.
"Menurut catatan, I-Tsing ke nusantara selain menerjemahkan, juga belajar bela diri karena di Sriwijaya saat itu sudah berkembang Kuntau. Jadi sangat aneh saat Ridwan Saidi bilang I-Tsing mencari Sriwijaya. Padahal fakta sejarahnya sudah ada perguruan tinggi agama Buddha di Sriwijaya saat I-Tsing datang," kata dia.
(nad/eks)