Bandung, CNN Indonesia -- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (
PVMBG) Badan Geologi Kementerian
ESDM, Kasbani mengatakan erupsi
Gunung Merapi pada Senin (14/10) bersifat elusif.
Erupsi elusif Gunung Merapi berupa lelehan lava melalui rekahan atau lubang kawah suatu gunung api. Erupsi ini membentuk kubah lava dan gugur serta membentuk awan panas guguran.
"Kondisi terkini setelah erupsi kemarin yang kita lihat sebagai awan panas letusan karena adanya tekanan gas, saat ini sudah seperti biasa lagi dan sekarang terjadi erupsi efusif," ungkap Kasbani ditemui di ruang monitoring PVMBG, Bandung, Jawa Barat, Selasa (15/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini kondisi Gunung Merapi masih mengeluarkan awan panas dan guguran. PVMBG mencatat dalam 12 jam terakhir telah terjadi dua kali awan panas guguran dengan jarak radius 3 kilometer dan terhitung masih aman.
Sejak 21 Mei 2018 hingga saat ini, Kasbani mengatakan status Gunung Merapi tetap di level II atau waspada.
"Aktivitasnya sampai saat ini masih efusif dengan mengeluarkan magma tapi dengan laju rendah. Jadi kondisi kubah lava di atas masih sekitar 468.000 meter kubik," ujarnya.
Menurut Kasbani, erupsi saat ini terbilang kecil dan hanya terjadi di daerah tertentu di pinggiran gunung yang tidak stabil. Daerah Kali Gendol menjadi salah satu lokasi yang sering terdapat material guguran lava dan awan panas.
Kasbani juga mengingatkan kondisi cuaca menjadi hal yang perlu diwaspadai. Mengingat saat ini sedang berlangsung peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan.
"Ini juga harus diwaspadai, selain abu tadi karena jelang musim penghujan tentunya produk-produk ini bisa men
trigger adanya lahar hujan di sekitar Kali Gendol," ujarnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk tetap tenang karena tidak ada peningkatan rekomendasi dan tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Aktivitas penerbangan pun terhitung aman karena sudah tidak banyak abu.
(hyg/evn)