Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (
LIPI) menyatakan
urine sapi tidak bisa digunakan sebagai desinfektan. Hal itu merespons sebuah kuil di India yang menggunakan urine sapi hasil penyulingan sebagai pengganti cairan pembersih tangan (
hand sanitizer) untuk menangkal
virus corona.
Peneliti kimia LIPI Yenny Meliana mengatakan urine sapi mengandung nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) seperti pupuk urea yang biasa digunakan untuk tanaman.
"Urine sapi kandungannya ya urea, ya N,P, K. Urea yang ada di urine sapi bisa dimanfaatkan untuk tumbuh bakteri," ujar Yenny kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (18/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi pemanfaatannya sebagai desinfektan tidak sesuai," tambahnya.
Yenny mengaku telah mengetahui informasi bahwa India menggunakan urine sapi sebagai desinfektan. Di menduga urine sapi di India mendapat
treatment sesuatu sebelum digunakan.
Akan tetapi, dia berkata beberapa bakteri bisa tumbuh di urine sapi atau urea meski mendapat
treatment sebelum digunakan sebagai hand sanitizer.
"Menurut saya, walaupun di-
treatment sesuatu dulu, bisa jadi ada beberapa virus atau bakteri yang bisa mati. Tapi riskan juga sebagai desinfektan karena beberapa bakteri malah bisa tumbuh di urine atau urea," ujar Yenny.
[Gambas:Video CNN]Di sisi lain, Yenny menyampaikan penggunaan urine sapi sebagai desinfektan di Indonesia tidak cocok. Pasalnya, dia melihat ada kemungkinan hal itu akan menuai pro kontra di ranah halal dan haram.
Sebelumnya, sebuah kuil di Mumbai, India, menggunakan urine sapi (gaumutra) hasil penyulingan sebagai hand sanitizer. Hal itu dilakukan lantaran pihak manajemen kuil kehabisan hand sanitizer yang diproduksi pabrik.
(jps/dal)