Pecahan Raksasa Roket China Jatuh Liar ke Bumi

eks | CNN Indonesia
Selasa, 12 Mei 2020 17:40 WIB
A flare dropped by Israeli military aircrafts lights up the sky east of Rafah in the southern Gaza Strip, on February 24, 2020. - Israel and the Islamic Jihad militant group resumed strikes, damaging hopes for a ceasefire amid the two-day flare-up a week before the Jewish state's March 2 election. The Islamist group announced it had ceased firing rockets from Gaza but backtracked about an hour later after Israel continued striking its forces in the strip. (Photo by Said KHATIB / AFP)
Ilustrasi (Said KHATIB / AFP)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pecahan besar dari roket China jatuh liar dan mendarat di Bumi, Senin (11/5). Pecahan roket ini menjadi sampah luar angkasa terbesar sejak 1991.

Roket China yang naas itu adalah Chinese Long March 5B (CZ-5B). Roket ini berhasil diluncurkan dari Bumi pada 5 Mei lalu. Roket pun sempat menghabiskan beberapa hari di orbit untuk menyelesaikan misi. Selesai dengan misi mengorbit, roket kembali masuk ke atmosfer dan jatuh ke Bumi.

Namun, yang menjadi perhatian para peneliti adalah pecahan roket yang jatuh begitu besar dan turun tanpa kendali. Sehingga mereka sulit memprediksi dimana pecahan raksasa itu akan mendarat. Beruntung, pecahan itu mendarat di Samudera Atlantik dekat lepas pantai di barat Afrika.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Dengan berat 17,8 ton, ini adalah objek terbesar yang masuk ke atmosfer Bumi tanpa kendali sejak (kasus) Salyut-7 seberat 39 ton pada 1991," jelas astronom Jonathan McDowell dari Harvard-Smithsonian Center untuk Astrofisika dalam cuitannya. "Kecuali Anda juga menghitung OV-102 Columbia pada 2003."

Salyut 7 adalah stasiun luar angkasa milik Soviet yang jatuh ke Bumi. Stasiun dengan berat 43 ton ini masuk ke atmosfer dan melintasi Argentina.

Sementara OV-102 adalah pesawat shuttle Columbia yang kembali masuk ke atmosfer pada 2003. Awalnya jatuh puing pesawat ini terkendali, hingga akhirnya tak terkendali ketika sudah berada di atas langit Texas.

Puing-puing ini kadang terjadi terkendali, sebagian terkendali, tapi lebih sering jatuh tak terkendali.

Meski demikian, McDowell mencatat jatuhnya CZ-5B tidak biasa sebab puing raksasa ini sempat melewati banyak kota besar di Australia, Amerika Serikat, dan Afrika.

Untungnya, puing raksasa dengan panjang 30 meter itu tidak terbakar saat masuk atmosfer. Sehingga puingnya tidak menimpa daerah pemukiman, seperti ditulis Science Alert

Pada Juli 2019, stasiun luar angkasa China Tiangong-2 juga jatuh dalam gerakan terkendali. Stasiun luar angkasa ini jatuh dengan kendali jarak jauh menggunakan sisa bahan bakar yang ia miliki. Stasiun ini jatuh di daratan yang sudah ditentukan sebelumnya, sedikit jauh dari laut.

Sebelumnya pada 2018, stasiun luar angkasa China, Tiangong-1 seberat 9,3 ton juga jatuh tak terkendali. Beruntung stasiun luar angkasa itu jatuh ke Samudra Pasifik, seperti ditulis Live Science

Meski lepas orbit dari roket CZ-5B tidak terkendali, tapi bukan berarti pendaratan ini tidak direncanakan. Sepanjang sejarah, peluncuran luar angkasa mesti membuat sampah dari sebagian besar badan pesawat kembali ke Bumi sebagai puing-puing. (eks/eks)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER