Jakarta, CNN Indonesia -- CEO Facebook
Mark Zuckerberg dikabarkan telah melakukan pertemuan dengan karyawan untuk membahas polemik kebijakan
Facebook tidak menghapus komentar pedas Presiden Amerika Serikat Donald Trump atas kerusuhan dan penjarahan di Minneapolis.
Zuckerberg dikabarkan telah terbuka menjelaskan alasannya membiarkan potongan Trump. Namun, hal itu dinilai gagal untuk meredam kemarahan para karyawan.
Melansir
New York Times, Zuckerberg mengklaim kepada karyawan telah membuat keputusan sulit, tetapi cukup teliti. Dia mengatakan tindakannya telah sesuai dengan prinsip dan kebijakan Facebook dalam mendukung kebebasan berbicara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zuckerberg mengaku banyak orang akan kecewa dengan Facebook. Akan tetapi, dia kembali menegaskan tinjauan kebijakan mendukung keputusannya. Zuckerberg juga menegaskan menerima telepon daru Trump setelah mengambil keputusan.
Secara detil, Zuckerberg menceritakan bahwa menerima laporan dari perusahaan tentang postingan Trump yang menyampaikan soal penjarahan dan penembakan. Setelah itu, dia menyampaikan tim kebijakan Facebook menelepon Gedung Putih untuk mengatakan kepada para pejabat di sana bahwa pesan Trump sebagai bentuk peradangan.
Setelah itu, dia mengaku menghabiskan waktu untuk berbicara dengan pejabat kebijakan dan pakar lainnya di Facebook. Hingga akhirnya memutuskan bahwa postingan Trump tidak melanggar kebijakan Facebook.
Zuckerberg mengatakan posting Trump tidak melanggar kebijakan perusahaan karena terkait dengan panggilan untuk penggunaan kekuatan negara.
Namun, dia tidak mengelak perusahaan mungkin menilai kembali kebijakan itu, mengingat foto dan video penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi yang telah menyebar di media sosial dalam beberapa hari terakhir.
Setelah menjelaskan proses pengambilan kebijakan itu, Zuckerberg sempat memberi kesempatan kepada karyawan untuk berkomentar dan bertanya. Seorang karyawan Facebook di New York diketahui menyatakan dukungan untuk posisi Zuckerberg.
Namun, sebagian besar pertanyaan diajukan dalam pertemuan itu menjadi semakin kontroversial. Misalnya, Zuckerberg ditanya apakah ada karyawan Facebook berkulit hitam yang dikonsultasikan dalam proses pengambilan keputusan. Dia menyebutkan satu.
Seorang karyawan Facebook di Austin, kemudian mengatakan bahwa ia merasa kebijakan pernyataan politik perusahaan tidak berfungsi dan perlu diubah. Sementara karyawan lain mengungkapkan adanya kekhawatiran perusahaan terhadap hubungan dengan Trump.
"Mengapa orang-orang terpintar di dunia berfokus pada memutarbalikkan kebijakan kita untuk menghindari permusuhan Trump?" tanya karyawan itu.
Melansir
CNN, juru bicara Facebook mengatakan bahwa diskusi terbuka dan jujur selalu menjadi bagian dari budaya Facebook. Dia mengatakan Zuckerberg bersyukur atas masukan dari karyawan.
Nampaknya, pertemuan virtual itu tidak banyak membantu menenangkan perasaan karyawan.
Puluhan karyawan saat ini dan mantan pegawai Facebook mengatakan panggilan itu hanya memperdalam friksi di dalam perusahaan, beberapa bahkan mengatakan bahwa mencoba membujuk Zuckerberg untuk berubah pikiran adalah sia-sia.
Dalam acara pertemuan itu, staf Facebook diketahui sempat memutar sebuah video pernyataan Zuckerberg dengan politisi Republik Demokratik Alexandria Ocasio-Cortez. Dalam pernyataan itu Zuckerberg mengatakan Facebook akan menghapus konten yang menyerukan kekerasan.
"Jika ada orang, termasuk seorang politisi, mengatakan hal-hal yang dapat menyebabkan, yang menyerukan kekerasan atau dapat mengambil risiko bahaya fisik yang akan terjadi, kami akan menghapus konten itu," kata Zuckerberg dalam video itu.
(jps/dal)
[Gambas:Video CNN]