Epidemiolog: Kasus Corona RI Masuki Fase Rawan Juli-September

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jun 2020 18:16 WIB
Calon penumpang berbaris antre menunggu giliran masuk ke dalam Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 Mei 2020. Pemkot Bekasi melakukan tes Poylmerase Chain Reaction (PCR) bagi penumpang KRL untuk memutus rantai virus covid-19. CNNIndonesia/Safir Makki
Ilustrasi virus corona di Indonesia. (CNNIndonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia --

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyatakan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) justru dapat meningkatkan kasus virus corona Covid-19 di sebuah wilayah. Dia mengatakan pelonggaran PSBB harusnya hanya bisa dilakukan jika gelombang pandemi mulai menurun.

"Jadi pelonggaran yang dapat dimungkinkan hanya yang bersifat esensial saja dengan pengetatan aturan," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Rabu (24/6).

Dicky menuturkan kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum mencapai puncak gelombang pertama. Dia berkata Indonesia kemungkinan baru akan mengalami masa rawan di bulan Juli hingga September 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Juli hingga September 2020 masuk masa rawan kasus Covid-19 di Indonesia," katanya.

Secara global, dia menyebut saat ini fase kecepatan penularan Covid-19 sedang meningkat. Bahkan, dia berkata perkiraan menyebut setiap detik ada dua orang yang terinfeksi Covid-19 di dunia.

Lebih lanjut, Dicky meyakini PSBB bukan strategi utama dan satu-satunya untuk menanggulangi penularan Covid-19. Pada kondisi Indonesia secara umum saat ini, dia berkata strategi PSBB belum bisa optimal dilakukan, terutama di daerah-daerah karena daya dukung dana dan lintas sektor yang tidak selaras.

Dia menyebut hanya daerah-daerah tertentu yang memiliki kemungkinan berhasil melakukan PSBB, yaitu DKI Jakarta dan beberapa kabupaten/koya karena memiliki kapasitas fiskal dan kesehatan yang bagus.

"Namun itu pun tidak akan bisa lebih dari 3 bulan karena akan melumpuhkan daya tahan daerah," ujarnya.

Terkait hal itu, Dicky menyarankan pemerintah Indonesia memperkuat intervensi pengujian, penelusuran, dan isolasi dengan edukasi perubahan perilaku masyarakat dan institusi.

"Skrining dan koordinasi di perbatasan daerah diperkuat dan diperketat untuk mencegah kasus impor dan ekspor," ujar Dicky.

Sebelumnya, tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah mengungkapkan lima provinsi yang memiliki jumlah kasus positif virus corona (covid-19) tertinggi di Indonesia. Hingga Rabu (24/6), DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan jumlah kasus tertinggi, sementara Aceh terendah.

Berikut daftar provinsi yang memiliki kasus tertinggi corona data per Rabu (24/6).
1. DKI Jakarta 10.404 kasus
2. Jawa Timur 10.298 kasus
3. Sulawesi Selatan 4.194 kasus
4. Jawa Barat 2.945 kasus
5. Jawa Tengah 2.842 kasus

Daftar provinsi dengan kasus terendah corona.
1. Aceh 53 kasus
2. Sulawesi Barat 105 kasus
3. NTT 111 kasus
4. Jambi 114 kasus
5. Bengkulu 118 kasus

Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengingatkan bahwa ancaman Virus Corona di Indonesia belum berakhir. Ia pun meminta masyarakat untuk disiplin terkait protokol kesehatan.

"Kita harus menyadari ancaman Covid-19 ini belum berakhir. Bahkan beberapa hari terakhir penambahan kasus positif Covid masih meningkat di beberapa daerah dan satu, dua, tiga provinsi masih tinggi angka positifnya," ujar dia, dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Rabu (24/6).

Jokowi mengatakan pentingnya peran masyarakat untuk menekan penambahan jumlah kasus positif tersebut. Ia pun mengingatkan agar masyarakat terus mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan.

(jps/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER