BPPTKG Ungkap Fenomena Gunung Merapi Menggembung 7 Cm

CNN Indonesia
Kamis, 09 Jul 2020 15:46 WIB
Seorang relawan mengabadikan video suasana Gunung Merapi yang terlihat dari kawasan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (8/7/2020). Bedasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), pascaerupsi Gunung Merapi pada 21 Juni 2020 terjadi peningkatan deformasi atau perubahan tubuh Gunung Merapi sebesar 0,5 sentimeter per hari. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/foc.
Ilustrasi peningkatan deformasi Gunung Merapi. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)
Jakarta, CNN Indonesia --

Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BBPTKG) Yogyakarta mengkonfirmasi bahwa telah terjadi deformasi (perubahan bentuk) berupa penggelembungan di Gunung Merapi, yang tercatat sejak 26 Juni hingga 2 Juli 2020.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida menjelaskan deformasi tersebut ditunjukkan dengan adanya pemendekan jarak tunjam sekitar 2 cm yang terlihat dari metode atau alat untuk mengukur pertumbuhan kubah lava Electronic Distance Measurement (EDM).

"Jika dihitung sejak tanggal 22 Juni 2020 hingga hari ini penggelembungan kurang lebih 7 cm, dengan laju deformasi sekitar 0,5 cm per hari yang terukur dari sektor Barat Laut," kata Hanik kepada wartawan, Kamis (9/7)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, di lereng gunung Merapi dipasang cermin, lalu jarak cermin ke alat EDM diukur setiap hari. EDM diukur dari 10 titik pengukuran sekeliling Merapi, termasuk dari pos-pos pengamatan.

"Saat gunung mengalami inflasi (menggembung), maka jarak antara cermin dan alat akan memendek," jelas Hanik.

Hanya saja, Hanik menegaskan deformasi saat ini masih relatif kecil dibandingkan dengan deformasi sebelum erupsi pada 2010.

"Potensi ancaman bahaya masih sama, yakni berupa luncuran awan panas dari runtuhnya kubah lava dan lontaran material akibat erupsi eksplosif," imbuhnya.

Hanik mengimbau agar masyarakat tak panik menyikapi deformasi di Gunung Merapi saat ini. Terlebih, jarak bahayanya jugs masih di radius 3 km dari puncak Gunung

"Deformasi yg terjadi di tubuh gunung merupakan salah satu tanda ada magma yang naik ke permukaan. Namun, masyarakat tidak perlu panik karena naik atau keluarnya magma ke permukaan merupakan hal yang biasa terjadi di gunung api aktif," paparnya.

Sebelumnya, Gunung Merapi juga sempat mengalami erupsi berupa letusan eksplosif, pada Minggu (21/6) pukul 09.13 WIB dan pukul 09.27 WIB. Kedua erupsi tercatat di seismogram dengan amplitudo 75 mm dan durasi 328 detik dan 100 detik.

Dari CCTV Stasiun Merbabu, teramati tinggi kolom erupsi mencapai kurang lebih 6.000 meter dari puncak. Arah angin saat erupsi ke barat menyebabkan hujan abu di wilayah Kabupaten Magelang dan Kulonprogo.

Kemudian, hujan abu tipis terjauh dilaporkan terjadi di wilayah Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo yang berjarak sekitar 45 kilometer dari puncak Gunung Merapi pada pukul 12.00 WIB.

(sut/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER