Hubungan Antara Internet Lemot dengan Digitalisasi Penyiaran

Jonathan Patrick | CNN Indonesia
Kamis, 23 Jul 2020 17:49 WIB
Kemenkominfo mengatakan TV analog saat ini memakan banyak spektrum yang sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kecepatan internet di Indonesia.
Ilustrasi. (Foto: Xiaomi Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjelaskan proses digitalisasi televisi atau yang dikenal sebagai Analog Switch-Off (ASO) berpengaruh terhadap kecepatan internet di Indonesia. Proses yang masih mandek tersebut justru membuat kecepatan internet lemot di Indonesia.

Staf Ahli Menteri Bidang Komunikasi dan Media Massa, Henri Subiakto mengatakan TV analog saat ini memakan banyak spektrum yang sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan jumlah broadband yang akan meningkatkan kecepatan internet di Indonesia.

"Itu karena jumlah broadband yang ada tidak mencukupi penggunanya yang bayak. Ibaratnya kalau jalan tol terlalu banyak mobil yang gunakan maka perlu dibangun jalan tol baru atau diperlebar. Mau memperlebar atau membuat jalan tol baru itu, lahannya sudah dipakai TV analog karena yang dipakai ini frekuensi," kata Henri dalam webinar pada Kamis (23/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Henri mengatakan TV analog membutuhkan 8 MHz per satu stasiun televisi, sementara untuk 10 MHz bisa digunakan untuk menggelar jaringan 4G yang bisa dipakai atau mencakup jutaan orang.

TV analog boros frekuensi sehingga frekuensi yang tersedia agar masyarakat bisa akses internet menjadi sedikit. Padahal saat ini di era digital, Internet sangat dibutuhkan masyarakat.

"Ini yang sebabkan perkembangan teknologi baru dengan pemanfaatan teknologi baru itu baru tidak sesuai dengan yang terjadi di lapangan. Karena di lapangan masih banyak frekuensi yang digunakan tidak efektif atau efisien oleh TV analog," ucap Henri.

Oleh karena itu, Lembaga di bawah PBB yang menangani telekomunikasi dan internet, ITU (International Telecommunication Union) telah mengimbau penerapan ASO di seluruh dunia.

Sebab ITU menganggap TV analog tidak ekonomis dan tidak efisien menggunakan frekuensi. Padahal frekuensi tersebut bisa digunakan untuk berbagai macam hal, seperti menggelar jaringan 5G, maupun digunakan untuk pengembangan ekonomi digital.

Penggunaan tersebut bisa dilakukan asal Indonesia bisa menerapkan ASO sehingga bisa memiliki spektrum frekuensi dividen digital. Henri mengatakan digital dividen ini bisa juga digunakan untuk teknologi berbasis internet yang bisa menghasilkan uang yang besar bagi negara.

Henri mengatakan Indonesia bisa rugi triliunan rupiah dalam satu bulan, bahkan puluhan triliunan rupiah apabila tak kunjung memiliki dividen digital berupa spektrum frekuensi.

"Itulah kenapa di berbagai negara analog, digitalisasi TV dengan Analog Switch Off (aso) ini jadi penting. Maka ini harus jadi kesadaran bersama, jangan biarkan kita mundur karena ini untuk pengembangan ekonomi digital. Nanti Indonesia bisa menjadi negara terbelakang dalam pemanfaatan alokasi dividen digital," ujar Henri.

Komisaris Transmedia sekaligus mantan ketua Asosiasi Televisi Swasta Indonesia, Ishadi SK mengatakan digitalisasi televisi bisa membuat digital dividen yang sangat besar yang bisa dimanfaatkan oleh industri penyiaran dan telekomunikasi secara keseluruhan.

Ia mengatakan TV analog banyak memakan pita frekuensi 700 MHz sebanyak 328 MHz. Ia mengatakan apabila TV analog beralih ke digital, maka hanya dibutuhkan 176 MHz bagi stasiun televisi.

Ia mengatakan Indonesia bisa mengalokasikan 112 MHz yang bisa digunakan untuk keperluan lain. Indonesia juga akan memiliki cadangan 40 MHz yang bisa digunakan untuk perkembangan teknologi di masa depan.

"Ini juga bisa digunakan untuk frekuensi 5G, dan apabila di manage lebih baik pemerintah bisa melakukan itu untuk kepentingan-kepentingan digital lain," kata Ishadi.

Ishadi mengatakan saat ini Transmedia bersama Media Group ingin digitalisasi penyiaran segera terjadi. Namun ia mengatakan ada tiga grup televisi yang hingga sekarang ingin menunda peralihan dari analog ke digital.

"Sampai sekarang di antara stasiun televisi yang ada, grup MNC, Emtek, Trans Corp, Viva, dan Media Group, belum ada kesepakatan penuh dari lima grup itu. ITU mengatakan peralihan digital paling lambat pada 2020, tahun ini. Jadi kita berhadapan dengan waktu sekarang. Kita tidak boleh egois hanya kepentingan TV sendiri," tutur Ishadi.

"Karena ada dampak sangat besar dari digitalisasi, seperti dividen digital untuk pebisnis. Ini akan menambah kapasitas, jangkauan, daya tangkap dibanding dengan kalau kita bertahan di analog," tutup Ishadi.

(jnp/mik)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER