Amerika Serikat, China, dan Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk pergi ke Mars pada Juli ini. UEA telah sukses meluncurkan pesawat antariksa ke Mars pada 19 Juli lalu, sedangkan China baru meluncurkan pesawat pada 23 Juli.
Di sisi lain, Amerika Serikat hingga saat ini belum meluncurkan pesawat karena cuaca buruk dan gangguan teknis lainnya.
Dalam misi ini, khususnya Amerika Serikat dan China saling bersaing untuk mendominasi ruang antariksa yang saat ini dikenal dengan perang bintang atau 'Star Wars' yang terinspirasi dari sebuah film fiksi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam perang bintang ini, setiap negara masing-masing membawa misi sendiri-sendiri untuk tujuan sains yang baru. Dilansir dari berbagai sumber, berikut perbedaan misi ke Mars antara Amerika Serikat, China, dan UAE.
Tidak seperti China dan AS yang mendarat di daratan Mars, misi Hope tidak akan mendarat di Mars. Hope hanya akan mengorbit di Mars selama setahun atau setara 687 hari di Bumi.
Misi ini akan fokus untuk mengumpulkan data atmosfer dan iklim Mars. UEA memutuskan untuk menggunakan Hope untuk membangun gambaran penuh pertama dari iklim Mars sepanjang tahun Mars.
Keputusan ini diambil setelah UEA berkonsultasi dengan Mars Analysis Program Analysis Group (MEPAG), sebuah forum yang dibuat oleh NASA untuk merencanakan eksplorasi Mars.
Stasiun cuaca itu akan mengorbit di ketinggian 21,9 ribu hingga 43,9 ribu kilometer dari permukaan Mars.
Proyek UEA ini terbilang berhasil dibuat dalam tempo singkat. Pasalnya, sebagian besar misi Mars membutuhkan 10 hingga 12 tahun untuk pengembangan. Namun, para ilmuwan UEA hanya membutuhkan 6 tahun untuk melaksanakan proyek tersebut.
Misi ini meluncur dengan roket Mitsubishi H-IIA buatan perusahaan Jepang, Mitsubishi. Pesawat antariksa Al-Amal pun diluncurkan dari Tanegashima Space Center di Jepang.
Untuk membangun pesawat ruang angkasa, mereka bermitra dengan tim AS di Laboratorium University of Colorado Boulder's untuk Fisika Atmosfer dan Antariksa.
Untuk tujuan sains baru dalam misi Hope, mereka
Stasiun ruang angkasa itu akan dikendalikan dari Dubai, untuk mengirim data atmosfer dan memantau perubahan iklim Mars.
Misi Perseverance akan mendarat di Mars dan bertujuan untuk mencari tanda-tanda kehidupan kuno dan mengumpulkan sampel batu dan tanah yang akan dibawa ke Bumi.
Dilansir dari CNN, apabila misi ini berhasil, Perseverance adalah pesawat antariksa ketujuh milik NASA yang tiba di Mars. Perseverance sendiri akan menjadi misi kendaraan penjelajah keempat AS di Mars.
Misi Curiosity yang mendarat di planet merah pada 2012 masih mengirimkan data soal permukaan Mars. Perseverance memiliki arti ketekunan atau ngotot untuk melakukan sesuatu meski adanya kesulitan untuk meraih kesuksesan.
Rover akan mendarat di Jezero Crater di Mars dengan durasi Misi selama satu tahun di Mars atau sekitar 687 hari di Bumi.
Dilansir dari situs NASA, misi ini akan diluncurkan dari Cape Canaveral Air Force Station, Florida, Amerika Serikat dengan proyeksi peluncuran pada 30 Juli hingga 15 Agustus 2020.
Misi ini menggunakan roket United Launch Alliance (ULA) Atlas V yang merupakan usaha gabungan dari Lockheed dan Boeing.
Misi Tianwen-1 China ke Mars meluncur Kamis (23/7) membawa tiga kendaraan, sebuah orbiter, lander, dan rover. Pesawat antariksa akan mengorbit di Mars sebelum mendaratkan rover di permukaan.
Berbeda dengan Arab, misi China ke Mars akan melayangkan satelit orbiter di atmosfer Mars serta mendaratkan lander dan rover di daratan.
Misi Tianwen-1 merupakan misi pertama China ke Mars. Misi yang punya arti "Pencarian untuk Kebenaran Surgawi" ini diambil dari puisi klasik China yang mempertanyakan soal alam semesta.
Misi ini bertujuan untuk mengumpulkan data soal tanah, struktur geologis, atmosfer, dan tanda-tanda air di Mars.
China berencana mendaratkan rover itu di sekitar Utopia Planitia. Rover akan menjelajahi Mars selama 90 hari atau 3 bulan.