Perusahaan BUMN PT Bio Farma (Persero) mengungkapkan ada tujuh vaksin virus corona yang tengah dikembangkan di Indonesia, antara lain Live Attenuated Virus, Virus-like Particle (VLP), Non-replicating Viral Vector, Virus DNA & mRNA (vaksin asam nukleat), Sub Unit Protein, dan Inactivated.
Menurut Kepala Divsi Surveilans dan Uji Klinik Biofarma, Novilia Sjafri Bachtiar mengatakan khusus vaksin yang mengandung DNA dan RNA, akan semakin kecil kandungan genetiknya.
Live Attenuated Virus (vaksin hidup yang dilemahkan) merupakan salah satu jenis vaksin yang dibuat dari mikroorganisme patogen hidup yang telah dilemahkan di laboratorium.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka akan tumbuh dalam tubuh penerima vaksin tetapi tidak akan menyebabkan sakit, atau hanya sakit ringan karena sudah dilemahkan," kata Novilia saat acara Inovasi Indonesia dalam Menghadapi Pandemi secara virtual, Rabu (29/7).
Sedangkan Virus-like Particle (VLP) adalah zat dengan struktur yang mirip dengan virus, baik bentuk maupun susunan proteinnya tapi tidak memiliki genom dari virus tersebut.
Dengan tidak adanya materi genomik, maka VLP tidak mampu bereplikasi dan menginfeksi.
"Lalu ada vaksin Sub Unit Protein lebih murni karena umumnya hanya memiliki antigen utama yang diprediksi mampu menimbulkan respons imun yang kuat dengan efek samping minimal," tambahnya.
Kemudian Non-replicating Viral Vector merupakan desain vaksin yang memakai vektor untuk memasukkan potongan gen dari penyebab penyakit ke dalam sel.
Vektor tersebut umumnya adalah virus yang telah dikenal karakteristiknya secara baik, misalnya Vaccinia, virus cacar sapi yang digunakan sebagai vaksin terhadap cacar.
"Selanjutnya ada vaksin Inactivated menggunakan virus yang telah dinon-aktifkan, umumnya dengan penambahan zat kimia tertentu," ujar Novilia.
Vaksin virus inaktivasi memiliki banyak molekul yang berasal dari berbagai komponen virus selain molekul utama yang menimbulkan respons imun dalam kandungannya, sehingga dapat menimbulkan reaksi ikutan terhadap pemberian vaksin.
Terakhir, vaksin asam nukleat (DNA dan mRNA) pertama kali dikembangkan adalah vaksin DNA, berupa plasmid yang mengandung potongan DNA gen tertentu dari suatu penyebab penyakit.
Plasmid ini, dengan teknik khusus dimasukkan ke dalam sel dari jaringan yang sesuai, umumnya jaringan otot lurik. Di dalam sel, gen tersebut akan digunakan untuk memproduksi molekul tertentu yang memicu respons kekebalan oleh sel sistem imun dan pembentukan antibodi.
Pada perkembangan selanjutnya, materi genetik yang dimasukkan tersebut dapat berupa mRNA, suatu RNA pembawa pesan untuk diterjemahkan menjadi protein, sehingga dapat langsung memproduksi rantai protein tertentu. Vaksin ini relatif lebih aman dibandingkan dengan vaksin virus yang dilemahkan.