Laporan terbaru yang diluncurkan oleh lembaga penelitian CREA (Centre for Research on Energy and Clean Air) menyebut butuh Rp5,1 triliun per tahun imbas pencemaran udara atau polusi udara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batu Bara.
PLTU Batubara sendiri adalah pembangkit listrik yang didapat dari mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran batubara.
Angka ini muncul melalui perhitungan biaya ekonomi dari dampak kesehatan ini di Jabodetabek. Biaya ekonomi ini dihitung berdasarkan biaya perawatan kesehatan terhadap penyakit yang timbul dari penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biaya itu kita perhitungkan terkait penyakit akibat pencemaran udara entah itu penyakit jantung, stroke, masalah pernapasan, kanker paru-paru," kata Analis CREA, Isabella Suarez saat konferensi virtual, Selasa (11/8).
CREA (Centre for Research on Energy and Clean Air mengungkap polusi di Jakarta turut disumbang dari sumber emisi tak bergerak dari Banten dan Jawa Barat. Emisi dari Banten dan Jawa Bara yang disebut polusi lintas batas ini lantas terbawa angin ke Jakarta.
Laporan ini menunjukkan bahwa sumber emisi tidak bergerak ternyata memberi sumbangan yang cukup signifikan terhadap beban polusi di kota Jakarta. Sumber emisi tidak bergerak ini, seperti pembangkit listrik uap batu bara (PLTU Batu Bara), pabrik, dan fasilitas industri lainnya yang berada di Jawa Barat dan Banten.
Isabella mengatakan CREA juga menghitung berdasarkan risiko kerugian ekonomi akibat penurunan produktivitas pekerja yang terkena penyakit.
"Jam produktivitas juga menurun akibat penyakit yag berkaitan polusi udara," kata Isabella.
Isabella memberikan contoh beberapa dampak polusi udara terhadap ekonomi. Pertama adalah meningkatnya risiko penyakit seperti asma, kencing manis, stroke, dan kronis penyebab penyakit pernafasan berkurang kemampuan untuk bekerja, menurunkan partisipasi dan meningkatkan kesehatan biaya perawatan.
Polusi udara juga meningkatkan risiko komplikasi dari penyakit ini untuk penderita kondisi yang ada.
Kedua, untuk anak-anak, polusi udara dapat meningkatkany penyakit asma, mempengaruhi hari hasil belajar di sekolah, meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan seringkali memaksa pengasuh mereka untuk mengambil cuti kerja.
Ketiga adalah kelahiran prematur terkait dengan polusi paparan udara, bisa meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan risiko berbagai kondisi kesehatan bayi yang terdampak.
Keempat adalah meningkatnya risiko pernapasan infeksi dan penyakit ringan lainnya pada orang dewasa. Hal ini akan membuat banyak orang tak masuk kerja karena sakit.
(jnp/eks)