Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menanggapi kabar mengenai uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac dari China di Indonesia. Indonesia dianggap menjadi 'kelinci percobaan' dalam uji klinis vaksin Covid-19 buatan Sinovac dari China demi lebih cepat mengatasi Covid-19 tidak seperti negara berkembang dan miskin lain.
Kepala Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI, Wien Kusharyoto mencoba meluruskan bahwa tidak benar Indonesia sebagai negara berkembang rela berkorban menjadi 'kelinci percobaan' demi segera mendapatkan vaksin Covid-19.
Dijelaskan Wien, Indonesia menjadi lokasi ideal untuk uji klinis tahap III karena masih memiliki tingkat penularan Covid-19 yang masih tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tidak [berhubungan vaksin tiba 2021 dengan Indonesia menjadi kelinci percobaan]. Lokasi uji klinis tahap III yang ideal adalah negara dengan laju infeksi yang masih tinggi. Misalnya Brasil, Amerika Serikat, Afrika Selatan dan mungkin termasuk Indonesia," kata Wien saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (12/8).
Sebelumnya, pendiri Microsoft dan pendiri Yayasan Amal Bill & Melinda Gates, Bill Gates yang memprediksi akan terjadi perlambatan penyebaran vaksin Covid-19 ke sejumlah negara. Ia mengatakan pandemi bisa berakhir pada akhir 2021 di negara kaya dan akan berakhir pada 2022 di negara berkembang dan miskin.
Menurut Wien, pernyataan Gates tersebut bermaksud untuk menjelaskan kemampuan suatu negara untuk memesan vaksin dari perusahaan pengembang vaksin.
"Negara-negara maju, terutama AS menyediakan dana yang besar agar bisa booking vaksin dari perusahaan-perusahaan yang mereka pilih, meskipun vaksinnya sendiri belum ada dan belum tentu efektif," ujar Wien.
Wien juga menjelaskan ada berbagai upaya agar vaksin Covid-19 di negara miskin dan berkembang. Hal tersebut dilakukan oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), hingga Gavi atau aliansi vaksin.
Gavi sendiri didanai oleh Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan amal ini juga turut menyediakan dana US$150 juta untuk Serum Institute of India (SII) agar bisa memproduksi vaksin yang dikembangkan Oxford dan Astra Zeneca.
"Pemilik SII sendiri yang merupakan sebuah perusahaan keluarga mengeluarkan dana perusahaan sebesar US$ 450 juta untuk rencana produksi vaksin Oxford dan Astra Zeneca," tutur Wien.
Di Indonesia, Wien menjelaskan Biofarma bekerja sama dengan Sinovac agar bisa memproduksi vaksin Sinovac. Oleh karena itu uji klinis dilakukan di Indonesia. Biofarma juga bekerja sama dengan CEPI, meski belum diketahui vaksin untuk penyakit apa.
Dalam keterangan resmi Biofarma menjelaskan apabila uji klinis vaksin Covid-19 tahap 3 berjalan lancar, maka perusahaan akan memproduksi vaksin Covid-19 pada kuartal I 2021. Uji klinis vaksin Covid-19 melibatkan sejumlah relawan yang dinilai dalam kondisi sehat.
(jnp/mik)