Studi yang dipimpin oleh Universitas Leeds menyatakan penurunan emisi selama pandemi Covid-19 akibat infeksi virus corona tidak berdampak bagi perubahan iklim.
Peneliti mengatakan perubahan ke arah lebih baik hanya bisa terjadi jika dunia serius untuk mengurangi bahan bakar fosil.
Emisi gas rumah kaca diketahui menurun drastis saat dunia mengambil kebijakan penguncian wilayah sebagai tanggapan terhadap pandemi virus corona baru. Hal itu terekam citra satelit yang mengorbit Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti mengatakan intervensi struktural skala besar, seperti peralihan signifikan dari bahan bakar fosil adalah kunci untuk mengatasi perubahan iklim. Mereka menilai penguncian wilayah hanya bersifat sementara.
Berdasarkan hasil penelitian, suhu global hanya akan sekitar 0,018 derajat Fahrenheit (0,01 derajat Celsius) lebih rendah dari yang diperkirakan jika tindakan penguncian terus berlanjut dengan cara tertentu di seluruh dunia hingga akhir 2021 atau lebih dari satu setengah tahun.
"Penguncian menunjukkan bahwa kita dapat berubah dengan cepat, tetapi itu juga menunjukkan batas-batas perubahan perilaku," kata Piers Forster, penulis studi, seperti dikutip Space.
"Tanpa perubahan struktural yang mendasarinya, tidak akan berhasil," ujarnya.
Para ilmuwan mengklaim telah mengidentifikasi kenaikan suhu sebelum Revolusi Industri. Beberapa negara juga berusaha untuk menjaga kenaikan suhu lebih kecil, di bawah 2,7 derajat F (1,5 derajat C). Namun, menurut para peneliti ini, tujuan ini akan sulit dicapai.
Melansir Phsy, peneliti menggunakan data sumber terbuka untuk menghitung bagaimana tingkat gas rumah kaca dan polutan udara berubah di lebih dari 120 negara antara Februari dan Juni 2020.
Hasilnya, mereka menemukan bahwa polusi seperti karbon dioksida dan nitrogen oksida turun dalam periode antara 10 dan 30 persen.
Namun, mengingat bahwa 'perubahan perilaku besar-besaran' selama penguncian hanya bersifat sementara, emisi yang lebih rendah sepanjang tahun ini tampaknya tidak akan mempengaruhi iklim.
Bahkan studi yang dipublikasikan di Nature Climate Change menyebut dengan asumsi pembatasan perjalanan dan jarak sosial berlanjut hingga akhir 2021, tim menyimpulkan bahwa itu hanya akan menurunkan 0,01 derajat Celsius pemanasan pada 2030.
Kesepakatan iklim Paris 2015 membuat negara-negara berkomitmen untuk membatasi kenaikan suhu menjadi "jauh di bawah" 2 derajat Celsius. Kesepakatan itu juga menetapkan kenaikan suhu hanya boleh 1,5 Celsius.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa untuk mempertahankan 1,5 derajat Celsius, emisi global harus turun 7,6 persen setiap tahun dalam dekade ini.